Siraman Agung Dua Pusaka dari Pakualaman dan Kasultanan, Simbol Persatuan Bagi Kulon Progo

TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kulon Progo melaksanakan ritual Siraman Agung Pusaka di halaman Rumah Dinas Bupati, Rabu (23/07/2025).

Pelaksanaannya diinisiasi oleh Dinas Kebudayaan (Disbud) Kulon Progo.

Kepala Disbud Kulon Progo, Eka Pranyata, menjelaskan Siraman Agung Pusaka kini menjadi agenda rutin tahunan setelah pertama kalinya dilaksanakan pada 2024 lalu.

"Jadi ada dua pusaka yang kami bersihkan lewat ritual Siraman Agung ini," jelas Eka.

Dua pusaka tersebut berupa dua tombak.

Pertama adalah tombak bernama Kanjeng Kyai Amiluhur dari Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan tombak Kanjeng Kyai Bantarangin dari Puro Pakualaman.

Menurut Eka, dua pusaka tersebut membuat Kulon Progo menjadi kabupaten yang istimewa di DIY.

Sebab mengikuti sejarahnya, Kulon Progo dahulu adalah dua kabupaten berbeda yaitu Kulon Progo dan Adikarta.

Kulon Progo di sisi utara merupakan wewenang dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Sedangkan Adikarta di sisi selatan menjadi wewenang dari Puro Pakualaman.

Kedua wilayah tersebut kemudian dilebur menjadi satu bagian bernama Kulon Progo.

Meski demikian, Eka mengatakan keunikan Kulon Progo karena sejarahnya itu tidak pernah hilang.

"Bisa dikatakan dua pusaka tersebut menjadi simbol bersatunya Kulon Progo sebagai wilayah dari Kasultanan dan Pura Pakualaman," ujarnya.

Baca juga: 3 Kabupaten Penghasil Mangga Terbesar di DIY, Kulon Progo Peringkat 1

Eka menuturkan kedua pusaka diberikan saat peringatan Hari Jadi Kabupaten Kulon Progo pada 2003 silam. 

Pusaka diberikan sebagai simbol perlindungan bagi Kulon Progo.