Penyebab BEM KM UGM Tarik Diri dari Aliansi BEM SI Kerakyatan
Musyawarah Nasional ke-XVIII BEM SI Kerakyatan di Padang, Sumatera Barat diwarnai aksi penarikan diri BEM KM UGM dari aliansi BEM SI Kerakyatan.
Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Musyawarah Nasional (Munas) ke-XVIII BEM SI Kerakyatan di Padang, Sumatera Barat diwarnai aksi penarikan diri Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (BEM KM UGM) dari aliansi BEM SI Kerakyatan.
Penarikan diri dari aliansi BEM SI Kerakyatan ini dilakukan oleh BEM KM UGM lantaran pihaknya menilai munas tersebut dipenuhi manuver politik internal yang menyesakkan.
Munas yang seharusnya menjadi ruang strategis untuk merumuskan arah gerak mahasiswa dalam memperjuangkan kepentingan rakyat, malah dicederai dengan hadirnya sejumlah pejabat dan tokoh seperti Ketua Umum Partai Perindo, Menteri Pemuda dan Olahraga, Wakil Gubernur Sumbar, Kapolda, hingga Kepala BIN Sumbar di forum yang disebut "kerakyatan".
"Apakah gerakan mahasiswa kini harus merapat ke kekuasaan?" tanya Ketua BEM KM UGM, Tiyo Ardianto, seperti yang dikutip dari Kompas.com.
Kemudian adanya karangan bunga dari Kepala BIN Daerah Sumbar di depan ruang sidang utama sebagai simbol kekhawatiran bahwa forum mahasiswa sedang dijinakan oleh kekuasaan.
"Ini bukan sekadar simbol, ini tanda bahaya. Tanda bahwa forum mahasiswa sedang dirangkul kekuasaan untuk dijinakkan," katanya.
Menurut Tiyo, munas yang dilaksanakan tersebut tidak lagi menjadi ruang untuk merumuskan gerakan mahasiswa dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.
Untuk itulah pihaknya memutuskan untuk menarik diri dari aliansi BEM SI Kerakyatan.
"Realitas yang kami saksikan di lapangan jauh dari harapan. Karena itu, dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab moral, BEM KM UGM menyatakan menarik diri dari Aliansi BEM SI Kerakyatan," ujar Tiyo dalam keterangan tertulis, Senin (21/07/2025).
Tiyo menegaskan bahwa kehadiran BEM KM UGM di forum tersebut tidak dimaksudkan untuk berebut jabatan.
"Kami hadir dengan semangat membangun gerakan bersama. Namun, forum ini justru dipenuhi manuver politik internal yang menyesakkan," tuturnya.
BEM KM UGM secara resmi menarik diri pada 18 Juli 2025, sehari sebelum penutupan Munas.
Menurut Tiyo, keputusan itu bukan dilandasi rasa kecewa, melainkan bentuk penolakan terhadap kemunduran arah gerakan.
"Fakta yang kami saksikan hanya puncak gunung es. Banyak hal yang tidak kami ungkap demi menjaga etika kolektif, tapi cukup menjadi alasan kuat bagi kami untuk menarik diri," jelasnya.
BEM KM UGM menegaskan komitmennya untuk terus berdiri bersama rakyat dan tidak akan bergabung dengan aliansi nasional manapun yang tunduk pada kepentingan elite.
BEM KM UGM Desak Presiden Tinjau Ulang Efisiensi Anggaran, Siap Kembali Gelar Aksi Bersama Rakyat |
![]() |
---|
BEM KM UGM Bakal Ikuti Aksi Indonesia Gelap Kamis 20 Februari 2025 |
![]() |
---|
Izin Tambang untuk Kampus, BEM KM UGM: Seperti Upaya Lemahkan Peran Kritis Perguruan Tinggi |
![]() |
---|
BEM KM UGM Tolak Wacana Kampus Kelola Tambang: Potensi Ciptakan Konflik Kepentingan |
![]() |
---|
BEM KM UGM Tolak PPN 12 Persen: Tubuh yang Bergantung Gaji, Mendesak Prabowo Penuhi Janji Kampanye |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.