Music Zone

Pemberontakan Kecil Maya Nilam dalam Single Terbaru 'Gersang'

Lewat Gersang, Maya merespons dunia sekitar yang makin kompleks, penuh tekanan, dan relasi yang kian menyesakkan.

Penulis: Santo Ari | Editor: Muhammad Fatoni
Dok.Istimewa
Maya Nilam dan artwork single terbaru 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Di tengah arus musik yang makin berisik dan seragam, Maya Nilam kembali menawarkan sesuatu yang berbeda.

Solois asal Yogyakarta ini merilis single ketiganya berjudul Gersang pada 11 Juli 2025, sebuah karya yang tak hanya berbicara lewat nada, tetapi juga lewat sikap.

Lewat Gersang, Maya merespons dunia sekitar yang makin kompleks, penuh tekanan, dan relasi yang kian menyesakkan.

Lagu ini bukan sekadar luapan emosi, tetapi juga ruang aman bagi Maya untuk menyuarakan kemarahan, kegelisahan, sekaligus perlawanan-perlawanan kecil yang kerap terpendam.

Sebagaimana ia percaya, di zaman sekarang pemberontakan kecil sangat dibutuhkan agar diri kita tidak dikuasai orang lain, tidak dimakan kebodohan zaman.

“Lagu ini adalah bentuk perlawananku,” kata Maya Nilam

“Bukan terhadap angkatan bersenjata atau sistem tata negara yang korup. Tetapi terhadap lingkungan yang merusak. Terhadap lingkaran dan hubungan toxic.” imbuhnya. 

Gersang mengamplifikasi luka, kritik, dan cara Maya melihat sekitar.

Baca juga: Langkah Pertama Fraidé dalam Musik Terwujud Lewat EP Reflection

Ia mengemas semua itu dalam lirik berbahasa Indonesia dengan aransemen yang mengingatkan pada warna-warna musik alternatif akhir 90-an, khas band-band Potlot. 

Cengkerama gitar dan ritme di lagu ini memunculkan sisi Maya Nilam yang berbeda dari dua rilisan sebelumnya, Take Me Home dan Anxious.

Namun bagi yang mengikuti perjalanannya, ini tetap Maya Nilam yang sama. Sosok yang enggan dicap dan dikotakkan.

Yang terlihat dingin namun sesungguhnya hangat, cerewet, bahkan banyak bacot. Sikap itulah yang membuat karya-karyanya terasa jujur dan tidak dibuat-buat.

Dalam Gersang, pendengar akan menemukan keyakinan ganda.

Pertama, bahwa pemberontakan, sekecil apapun bentuknya dapat menjadi sikap yang menyelamatkan. 

Kedua, bahwa dalam hidup, manusia lain tak selalu hadir untuk menyelamatkan kita.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved