Cerita Warga Bantul Membuat Mesin Pilah Sampah yang Eksis di Berbagai Pulau

Mesin itu juga dapat mengubah sampah menjadi sumber daya berharga dengan tipe yang berbeda-beda.

Tribun Jogja/ Neti Istimewa Rukmana
PILAH SAMPAH - Staff Madanitec Jogja sedang melakukan uji coba pilah sampah di Madanitec Bengkel, Kalurahan Wirokerten, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul, Kamis (17/7/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Seorang warga Kabupaten Bantul berhasil membuat mesin pilah sampah besar, kecil dan sedang.

Mesin itu juga dapat mengubah sampah menjadi sumber daya berharga dengan tipe yang berbeda-beda.

Pendiri Madanitec Jogja, Wahyu Arozi, mengatakan usaha itu dibangun secara otodidak, dikarenakan melihat potensi market yang tinggi.

Namun, ia memiliki latar belakang teknik industri di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Dituturkannya, Ia telah memulai usaha tersebut sejak tahun 2010.

"Tapi, sebelum 2010, kami sudah banyak bergerak di mesin-mesin produksi usaha mikro, kecil, dan menengah. Terus kami mulai bergerak di beberapa mesin pengolahan sampah," katanya, kepada awak media, di Madanitec Bengkel, Kalurahan Wirokerten, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul, Kamis (17/7/2025).

Disampaikannya, sejauh ini sudah ada hampir 200 produk mesin industri tepat guna yang ia produksi bersama sejumlah karyawannya.

Akan tetapi, khusus mesin pengolahan sampah, kata Arozi, terdapat delapan tipe.

Sebab, sisi ukuran hingga kualitas hasil pemilahan menjadi bagian yang membedakan tipe masing-masing mesin tersebut.

"Sementara, permintaan tertinggi adalah mesin pemilah sampah ukuran 120 dengan kapasitas 300-400 kilogram sampah per jam. Jadi, mesin itu dipergunakan untuk mengolah sampah yang agak basah dan campuran limbah rumah tangga, tapi jangan sampai ada tulang karena nanti tidak kuat untuk memilah," papar Arozi.

Baca juga: Seorang Santri Kabur dari Ponpes di Banguntapan Bantul, Dipicu Masalah Ini

Mesin itu disebut-sebut memiliki banyak kelebihan.

Salah satunya membuat proses pilah sampah menjadi efisien dikarenakan tidak memerlukan tenaga manusia dan dapat memilah sekitar 300-400 kilogram sampah per jam. 

"Untuk hasil akhirnya mesin ini adalah memisahkan sampah organik dan organik. Jadi, yang plastik bisa untuk refuse derived fuel (RDF)  dan organik bisa untuk pupuk atau magot. Cuma kalau untuk pupuk ada kadar PH-nya beda-beda. Jadi itu perlu treatment sendiri-sendiri lagi, karena sampah rumah tangga yang dipilah kan campur-campur," paparnya. 

Lebih lanjut, Arozi menyebut bahwa mesin yang diproduksinya memiliki harga yang bermacam-macam tergantung jenis, kebutuhan, maupun spesifikasi.

Sebagai contoh untuk mesin pemilah sampah ukuran 120 itu dapat dibeli oleh pelanggan senilai Rp22 juta per unit. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved