21 SMP di Gunungkidul Kekurangan Murid Baru pada SPMB 2025

Meskipun pendaftaran dibuka secara online, banyak sekolah yang belum memenuhi kuota rombongan belajar (rombel)  yang diharapkan.

Dok.Istimewa
ILUSTRASI - Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Sebanyak 21 Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Gunungkidul mengalami kekurangan murid pada seleksi penerimaan murid baru (SPMB) 2025. 

Hal inipun menjadi perhatian bagi Dinas Pendidikan (Disdik) Gunungkidul.

Pasalnya, meskipun pendaftaran dibuka secara online, banyak sekolah yang belum memenuhi kuota rombongan belajar (rombel)  yang diharapkan.

Kepala Disdik Gunungkidul, Nunuk Setyowati, mengatakan kekurangan murid ini terjadi pada beberapa SMP negeri yang terletak di wilayah pedesaan, terutama di kapanewon yang jauh dari pusat kota. 

"Jumlah pendaftar di sekolah ini kurang dari 20 murid, padahal berdasarkan syarat SPMB jumlah siswa dalam satu rombel harus berisi sedikitnya 20 murid dan maksimal 32 murid," ucapnya saat dikonfirmasi pada Kamis (10/7/2025).

Selain faktor lokasi, dia mengatakan alasan lain puluhan sekolah ini kekurangan jumlah pendaftar karena jumlah lulusan Sekolah Dasar (SD) tahun ini, memang lebih sedikit dibandingkan kuota SMP.

Di mana, jumlah kuota yang disediakan sebanyak 9.216 murid, yang berasal dari 61 SMP Negeri dan 45 SMP Swasta.

Sedangkan, pada tahun ini jumlah lulusan SD sebanyak 7.903 murid.

"Jadi, ada sekitar 1.313 sisa kuota yang memang tidak terisi karena jumlah murid SD yang lulus lebih sedikit dari kuota," terangnya. 

Baca juga: Curhat Nelayan Sadeng Gunungkidul Minta Pemerintah Didirikan SPBN

Untuk menambah jumlah murid, pihaknya pun mengizinkan sekolah-sekolah yang belum memiliki cukup murid untuk membuka pendaftaran SPMB 2025 secara offline.

"Jadi, mereka bisa menerima siswa dengan sistem offline sampai batas waktu yang ditentukan oleh masing-masing sekolah. Karena, sekolah yang tidak memenuhi rombel mayoritas sekolah swasta," ucap dia.

Terkait kondisi ini, pihaknya pun tengah mengkaji berbagai skenario terbaik untuk mengoptimalkan jumlah rombel serta memastikan kualitas proses pembelajaran tetap terjaga, di tengah tren penurunan jumlah siswa di beberapa sekolah negeri dan swasta.

"Kami masih melakukan kajian apakah akan ada penggabungan rombel atau tidak. Meski demikian, kami tetap upayakan proses belajar mengajar harus tetap berjalan dengan baik," ungkap dia.

Sebelumnya, Sekretaris Disdik Gunungkidul, Agus Subariyanto, mengatakan sebanyak 20 sekolah SMP di Gunungkidul, malahan tidak mendapatkan murid baru dalam SPMB tahun ini.

"Sebagian besar, sekolah yang tidak mendapatkan murid ini adalah sekolah swasta," ucap dia.

Merespon hal ini, Sekretaris Komisi B DPRD Gunungkidul, Lasarus Arintoko, mengungkapkan masalah ini perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah.

 “Sekolah swasta adalah salah satu pilar penting dalam dunia pendidikan di Gunungkidul. Kekurangan murid  bukan hanya berpengaruh pada pendapatan sekolah, tetapi juga pada kualitas layanan pendidikan yang diberikan kepada masyarakat,” ujarnya.

Dirinya menilai perlu langkah strategis untuk membantu sekolah swasta, seperti peningkatan kerjasama dengan pemerintah daerah, termasuk dalam hal pendanaan dan fasilitas.

Selain itu, upaya peningkatan kualitas tenaga pengajar dan infrastruktur pendidikan diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang.

"Selain itu, masyarakat pun perlu diberi pemahaman bahwa sekolah swasta juga memiliki kualitas pendidikan yang baik, sama dengan sekolah negeri, meskipun ada biaya yang dikeluarkan. Ini juga menjadi tantangan bagi sekolah swasta,” tutupnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved