Mendekati Puncak Kemarau, BPBD Gunungkidul Sebut Belum Ada Permintaan Droping Air
Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul Purwono mengatakan stok air bersih yang sedianya untuk menanggulangi ancaman kekeringan belum terpakai.
Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Yoseph Hary W
Laporan Reporter Tribun Jogja Nanda Sagita Ginting
TRUBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunungkidul menyebut belum ada permintaan air dari masyarakat mendekati puncak kemarau tahun ini.
Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul Purwono mengatakan stok air bersih yang sedianya untuk menanggulangi ancaman kekeringan belum ada yang terpakai.
"Stok untuk kekeringan itu kan 1.500 tangki, sampai saat ini belum ada yang disalurkan karena tidak ada permintaan," ucapnya saat dikonfirmasi pada Rabu (27/8/2025).
Ia mengatakan belum adanya permintaan air bersih dikarenakan masih berlangsungnya musim kemarau basah. Hal ini membuat sejumlah wilayah yang biasanya terancam kekeringan masih mendapatkan curah hujan.
"Musim kemarau basah itu hujan masih ada, jadi masyarakat yang biasanya saat seperti ini sudah kesulitan air, namun karena masih ada hujan, jadi masih ada tampungan," ujarnya.
Meskipun begitu, pihaknya tetap mengimbau masyarakat agar memanfaatkan dengan baik air hujan dengan menampung pada tandon air. Serta, tetap menghemat air agar digunakan secukupnya
Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Gunungkidul, Sumadi, mengatakan sedikitnya 24.137 jiwa berpotensi terdampak kekeringan tahun ini.
Dia mengatakan pendataan masih berlangsung dan jumlah warga yang terancam krisis air bersih kemungkinan bertambah. Di mana, sampai akhir Juli, baru tujuh kapanewon melaporkan wilayah rawan kekeringan, yakni Tanjungsari, Girisubo, Karangmojo, Panggang, Saptosari, Rongkop, dan Ponjong.
"Angka itu masih bisa berubah karena sebelas kapanewon lainnya belum menyerahkan laporan," tuturnya.
Meskipun hingga kini belum ada permintaan resmi droping air, pihaknya menyiapkan 1.500 tangki untuk membantu warga yang membutuhkan.
"Kami imbau bagi kapanewon segera mengirimkan data kekeringan sebagai dasar penyaluran bantuan air bersih.
Walaupun kemarau tahun ini tergolong kemarau basah sehingga permintaan air belum banyak, kami tetap siaga dengan armada tangki,” kata Sumadi.
Sementara itu, sejumlah wilayah mulai mengambil langkah antisipasi mandiri menghadapi musim kekeringan kali ini, seperti yang dilakukan Kepala Jawatan Sosial Kapanewon Girisubo, Giyatno. Pihaknya memetakan setidaknya empat kalurahan diperkirakan membutuhkan bantuan air bersih, yakni Songbanyu, Pucung, Jerukwudel, dan Nglindur.
“Kami alokasikan anggaran Rp75,6 juta untuk pengadaan air bersih. Penyaluran sudah mulai dilakukan pekan ini dengan sasaran warga yang benar-benar membutuhkan,” ujarnya.
Menurutnya, pengiriman air dilakukan berdasarkan permintaan resmi dari pemerintah kalurahan. Warga yang belum terakses layanan PDAM menjadi prioritas, mengingat jaringan air perpipaan di wilayah itu belum merata dan alirannya kerap tersendat.
“Instalasi PDAM memang sudah masuk, tetapi distribusinya belum lancar. Saat kemarau seperti sekarang, banyak warga yang akhirnya bergantung pada bantuan air bersih,” pungkasnya (ndg)
17 Pegawai Non ASN Gunungkidul Batal Diusulkan Jadi PPPK Paruh Waktu, Ini Kata BKPPD |
![]() |
---|
Hewan Ternak Mati karena Penyakit Menular, 14 Peternak di Gunungkidul Mendapat Kompensasi |
![]() |
---|
Bupati Gunungkidul Dorong KNMP Jadi Pemasok Kebutuhan Lauk di Program MBG |
![]() |
---|
Jelang Pembukaan Porda DIY Gunungkidul 2025, KONI DIY Matangkan Technical Meeting |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca DI Yogyakarta Hari Ini Rabu 27 Agustus 2025: Jogja Cerah, Sleman-Bantul-KP-GK Hujan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.