Human Interest Story

KISAH Mbah Sutarji, Pejuang Penambal Jalan Berlubang yang Ikhlas Tanpa Minta Imbalan

Di tengah lalu lintas yang berdebu dan jalan rusak yang menganga, tampak sosok pria tua dengan tubuh basah oleh keringat.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Ikrob Didik Irawan
TRIBUNJATENG/M Iqbal Shukri
PERBAIKI JALAN - Sutarji saat menambal jalan berlubang di ruas jalan Desa Sarimulyo - Desa Wantilgung, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora, Selasa (1/7/2025). 

Bagi Sutarji, tidak ada yang lebih menyakitkan daripada melihat sesama manusia celaka karena kelalaian yang sebenarnya bisa dicegah.

“Banyak mas yang jatuh gara-gara lubang ini. Biasanya itu ibu-ibu. Saya nggak tega,” ujarnya pelan.

Ia menyadari bahwa menunggu pemerintah memperbaiki jalan bisa memakan waktu yang lama. Maka, daripada menunggu sesuatu yang belum pasti, ia memilih bertindak.

“Kalau nunggu pemerintah, antreannya banyak. Saya nggak sabar. Jadi ya saya tambal sesuai kemampuan.”

Ritual Pagi yang Penuh Arti

Rutinitas Sutarji dimulai setelah salat Subuh.

Ia sarapan, lalu mulai mendorong gerobaknya menuju titik-titik lubang yang sudah ia tandai sebelumnya.

Biasanya ia pulang sebelum tengah hari, saat panas sudah terlalu menyengat bagi tubuh tuanya.

“Biasanya jam sebelasan sudah pulang. Sesuai kemampuan. Yang penting sehat, itu modal utamanya,” katanya sambil tersenyum.

Ia mengakui bahwa aktivitas ini melelahkan, tapi ia tidak ingin mengeluh. Baginya, niat yang kuat dan hati yang ringan adalah sumber kekuatan sejatinya.

“Capek ya capek, Mas. Tapi kalau diniati, jadi ringan.”

Pahlawan Jalanan yang Tak Minta Balasan

Di era saat banyak orang menuntut perubahan dari luar, Sutarji menunjukkan bahwa perubahan bisa datang dari hati yang tulus dan dua tangan yang bersedia bekerja.

Tanpa viral di media sosial, tanpa tepuk tangan atau panggung penghargaan, Sutarji menjadi pahlawan bagi pengendara yang setiap hari melintasi jalan Sarimulyo–Wantilgung dengan lebih aman.

Ia bukan pejabat, bukan tokoh masyarakat, bukan aktivis.

Tapi kisahnya adalah pengingat bahwa keberanian untuk peduli adalah bentuk kepemimpinan paling sederhana dan paling langka. (*)

 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved