SPMB SMA DIY 2025 Disorot, Jalur Afirmasi Dinilai Tidak Tepat Sasaran

Banyak peserta afirmasi yang secara kasat mata tidak tergolong miskin sebagai bukti lemahnya proses verifikasi.

Dok.Istimewa
ILUSTRASI - Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) 

Sebaliknya, di SMA favorit di pusat kota, kuotanya sudah penuh sejak awal pendaftaran.

“(Kota) Jogja itu kan kota dengan pendapatan lebih tinggi. Tapi kenapa yang afirmasi malah penuh di sini? Aneh, kan?” ujar dia.

Bagi Melati, perjuangan tahun ini terasa berat. Ia tahu dirinya tidak bisa berbuat banyak ketika menghadapi sistem yang pincang. 

“Saya tahu, saya bicara pun mungkin tidak akan mengubah apa-apa. Tapi saya tetap harus bersuara. Kalau diam, ketidakadilan ini akan terus berulang,” ujarnya.

Ia menambahkan, jalur afirmasi kini menjadi “jalan pintas” yang paling aman dibandingkan jalur lain seperti radius atau zonasi. 

“Kalau radius, titik koordinat masih bisa diperdebatkan. Tapi kalau afirmasi, cukup ada SKTM, bisa langsung masuk. Padahal verifikasi dinas sosial seharusnya bisa lebih ketat.”

Pengalaman ini membuat Melati mempertanyakan komitmen pemerintah dalam membangun sistem pendidikan yang adil.

Ia berharap ke depan ada penyaringan lebih selektif dalam pemberian hak afirmasi.

Menurutnya, peningkatan kuota afirmasi tanpa kontrol yang ketat membuka celah penyimpangan, terutama dalam penggunaan dokumen SKTM.

Ia mendesak agar ke depan penerima manfaat afirmasi divalidasi secara ketat. (*)
 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved