SPMB SMA DIY 2025 Disorot, Jalur Afirmasi Dinilai Tidak Tepat Sasaran
Banyak peserta afirmasi yang secara kasat mata tidak tergolong miskin sebagai bukti lemahnya proses verifikasi.
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Muhammad Fatoni
Sebaliknya, di SMA favorit di pusat kota, kuotanya sudah penuh sejak awal pendaftaran.
“(Kota) Jogja itu kan kota dengan pendapatan lebih tinggi. Tapi kenapa yang afirmasi malah penuh di sini? Aneh, kan?” ujar dia.
Bagi Melati, perjuangan tahun ini terasa berat. Ia tahu dirinya tidak bisa berbuat banyak ketika menghadapi sistem yang pincang.
“Saya tahu, saya bicara pun mungkin tidak akan mengubah apa-apa. Tapi saya tetap harus bersuara. Kalau diam, ketidakadilan ini akan terus berulang,” ujarnya.
Ia menambahkan, jalur afirmasi kini menjadi “jalan pintas” yang paling aman dibandingkan jalur lain seperti radius atau zonasi.
“Kalau radius, titik koordinat masih bisa diperdebatkan. Tapi kalau afirmasi, cukup ada SKTM, bisa langsung masuk. Padahal verifikasi dinas sosial seharusnya bisa lebih ketat.”
Pengalaman ini membuat Melati mempertanyakan komitmen pemerintah dalam membangun sistem pendidikan yang adil.
Ia berharap ke depan ada penyaringan lebih selektif dalam pemberian hak afirmasi.
Menurutnya, peningkatan kuota afirmasi tanpa kontrol yang ketat membuka celah penyimpangan, terutama dalam penggunaan dokumen SKTM.
Ia mendesak agar ke depan penerima manfaat afirmasi divalidasi secara ketat. (*)
ORI DIY Temukan Tiga Kasus Praktik Jual Beli Seragam Oleh Pihak Sekolah |
![]() |
---|
Puluhan SD di Kota Magelang Kekurangan Siswa Baru, Ada yang Hanya Menerima 4 Siswa |
![]() |
---|
Minat Masuk SD Negeri Turun, Pengamat Pendidikan: Krisis Kepercayaan Publik |
![]() |
---|
Dokumen Kelulusan Siswa SD di Sleman Ditahan, Orang Tua: Anak Saya Gagal Daftar SMP Negeri |
![]() |
---|
76 SD Negeri di Sleman Sepi Peminat, Jumlah Murid Baru Kurang dari 10 Anak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.