Setiap Hari Ratusan Kilo Sampah Diangkut dari Aliran Kali Code di Kota Yogya, Didominasi Popok Bekas

Paling banyak sampah pampers (popok), baik dewasa dan anak-anak. Itu paling banyak. Terus banyak juga stirofoam, bahkan kasur

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA.COM / Nanda Sagita Ginting
KALI CODE: Foto dok ilustrasi Kali Code, kota Yogyakarta, pada Jumat (28/08/2020). Pada 2025 ini masih ditemukan ratusan kilogram sampah per hari di aliran Kali Code yang melintasi wilayah Kota Yogyakarta. 

TRIBUNJOGJA.COM - Ratusan kilogram sampah diangkut setiap harinya dari aliran Kali Code yang melintasi wilayah Kota Yogyakarta.

Maraknya pembuangan liar di aliaran sungai tentu menjadi keprihatinan tersendiri, di tengah situasi darurat sampah yang masih mengintai.

Petugas Kebersihan di Sungai Code 3, Dwi Agus Pramujianto, mengatakan, sejak beberapa waktu lalu, floating trash barrier sudah terpasang di beberapa titik di empat aliran sungai di Kota Yogyakarta.

Sehingga, tren pembuangan liar di aliran sungai pun bisa dihitung tonasenya, karena tidak ada lagi sampah yang masuk karena terbawa arus dari hulu.

"Kita ukur volume sampah yang terjaring berapa. Setiap titik, rata-rata 120-200 kilogram setiap harinya yang dinaikkan," katanya, Selasa (10/6/25).

Adapun Kali Code terbagi dalam tiga titik, yakni di utara, sekitaran Hotel Tentrem; tengah di Jembatan Sayidan; serta selatan yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bantul.

Sementara jenis sampah yang masuk ke aliran sungai, lanjut Agus, sangat beragam, baik organik yang bisa diolah, hingga aneka limbah anorganik.

"Sampah yang di trash barrier campuran, itu langsung kita pilah. Yang bisa terurai kita pilah, yang tidak bisa terurai kita sendirikan," ujarnya.

"Paling banyak sampah pampers (popok), baik dewasa dan anak-anak. Itu paling banyak. Terus banyak juga stirofoam, bahkan kasur," urai Agus.

Terpisah, Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Ahmad Haryoko, menyebut, floating trash barrier cukup efektif untuk menahan laju sampah di sungai.

Saat ini, sarana jaring tersebut sudah dipasang pada beberapa titik, dan sampah yang terjaring diangkut langsung oleh petugas kebersihan setiap hari.

"Ini cukup efektif untuk menahan sampah di aliran sungai. Setiap harinya ada sekitar dua hingga tiga ton sampah yang diangkat," ujarnya.

Hanya saja, Haryoko menuturkan, selama intensitas hujan meningkat tempo hari, trash barrier tidak bisa dipasang penuh sepanjang 24 jam.

Sebab, ketika aliran sungai semakin deras, pihaknya berulang kali mendapati jaring sungai yang terputus dan rusak, bahkan hanyut terbawa arus.

"Jadi, selama musim penghujan itu, jaring sampah ketika malam kami angkat, kemudian pagi sampai siang kami pasang lagi," pungkasnya. (aka)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved