Mengintip Dapur Panitia Kurban Jogokariyan, Kunci Sembelih 65 Sapi Tanpa Insiden Kabur dan Ngamuk  

Saat sejumlah daerah viral karena sapi kurban yang lepas dan membuat kericuhan, Masjid Jogokariyan Yogyakarta justru menunjukkan sebaliknya.

Dok Masjid Jogokariyan
PENYEMBELIHAN SAPI KURBAN - Panitia kurban Masjid Jogokariyan, Yogyakarta, bekerja menaklukkan seekor sapi saat prosesi penyembelihan, Senin (17/6/2025). Dengan pembagian tugas yang disiplin, 65 sapi dan 60 kambing disembelih tanpa insiden berarti. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Saat sejumlah daerah viral karena sapi kurban yang lepas dan membuat kericuhan, Masjid Jogokariyan Yogyakarta justru menunjukkan sebaliknya.

Dengan disiplin kerja, pembagian tugas yang ketat, dan latihan rutin, panitia berhasil menyembelih 65 ekor sapi dan 60 kambing tanpa insiden berarti.

Di baliknya ada sistem yang telah dibangun bertahun-tahun.

“Kami sudah bertahun-tahun menangani penyembelihan sapi dalam jumlah besar. Alhamdulillah, karena itu tim kami sudah punya pengalaman dan terbentuk sistem kerja yang terstruktur,” ujar Ahmeda Aulia Nurseta atau yang akrab disapa Edo, salah seorang panitia kurban Masjid Jogokariyan.

Sistem kerja yang diterapkan oleh panitia kurban Masjid Jogokariyan bukan sekadar bagi-bagi tenaga.

Panitia dibagi ke dalam divisi-divisi khusus berdasarkan posisi hewan saat dijatuhkan. 

Ada tim kepala, tim badan, dan tim kaki. Setiap anggota tim telah ditugaskan dengan tegas dan tidak boleh mengambil alih tugas dari tim lain.

“Kalau sudah bagian kaki, ya tetap di kaki. Tidak bisa ikut bantu bagian kepala, karena bisa mengganggu ritme kerja dan justru berisiko,” jelas Edo. Ini adalah salah satu prinsip yang dijaga ketat demi keselamatan dan efisiensi.

Setiap satu ekor sapi biasanya ditangani oleh lima hingga enam orang.

Dua orang bertugas mengendalikan tali badan, dua di bagian kaki, satu di kepala, dan satu juru sembelih. 

Dengan komposisi tersebut, seekor sapi bisa ditangani secara tuntas dalam waktu sekitar 10–15 menit, dari mulai masuk ke ring hingga penyembelihan selesai.

Meski sebagian besar sapi masih dijatuhkan secara manual dengan sistem tali-temali yang presisi, Masjid Jogokariyan juga telah mulai menggunakan restraining box, alat khusus untuk merobohkan sapi secara perlahan dan lebih aman.

Dari lima tim yang bekerja secara bersamaan, satu tim kini menggunakan alat tersebut, sedangkan empat tim lainnya tetap dengan metode manual.

Ia menambahkan, di banyak wilayah, terutama desa-desa, penggunaan alat modern seperti restraining box mungkin belum memungkinkan.

Maka yang terpenting adalah kesiapan personel, pengecekan tali, dan lokasi ring. Edo menyoroti masih adanya lokasi penyembelihan yang kurang memadai—misalnya sapi yang diikat di pagar atau tiang tenda—yang secara kekuatan jelas tidak mampu menahan gerakan hewan besar seperti sapi.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved