Ketika Buruh Tani Tembakau dan Mantan Pegawai Pabrik Rokok Ikut Latihan Menjahit

peserta pelatihan merupakan para buruh tani tembakau dan mantan pegawai pabrik rokok di wilayah Kabupaten Klaten. 

Penulis: Dewi Rukmini | Editor: Iwan Al Khasni
Tribunjogja.com/Dewi Rukmini
LATIHAN MENJAHIT: Seorang peserta sedang fokus mengikuti pelatihan menjahit yang menggunakan dana DBHCHT di Desa Ngrundul, Kecamatan Kebonarum, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Jumat (30/5/2025). 

Puluhan warga Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, mengikuti kegiatan pelatihan menjahit di lembaga pelatihan kerja (LPK) Central Inti Cemerlang di Desa Ngrundul, Kecamatan Kebonarum, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, pada Jumat (30/5/2025).  

PELATIHAN yang digelar oleh Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinaker) Kabupaten Klaten itu digelar menggunakan alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT). Oleh karena itu, peserta pelatihan merupakan para buruh tani tembakau dan mantan pegawai pabrik rokok di wilayah Kabupaten Klaten

Acara pelatihan menjahit itu telah dimulai sejak Senin (26/5/2025). Kegiatannya akan berlangsung selama 18 hari sampai 18 Juni 2025.

Pantauan Tribunjogja.com pada Jumat (30/5/2025), peserta pelatihan menjahit didominasi oleh kaum perempuan dengan rata-rata usia di bawah 40 tahun. Mereka tampak tekun belajar mengoperasikan mesin jahit, mulai dari membuat jahitan lurus hingga fokus membentuk jahitan melingkar. 

Di antara mesin jahit dan peserta, terlihat sejumlah instruktur atau pelatih tampak sabar mengajarkan ilmu kepada para peserta. Suasana akrab namun serius pun terasa dari interaksi peserta dan pelatih di antara deru suara mesin jahit. 

Seorang peserta, Sulastri (40), mengatakan baru pertama kali mengikuti pelatihan menjahit, sehingga masih merasa awam dan canggung mengoperasikan mesin jahit. Kendati demikian, Sulastri terus mencoba mengikuti pelatihan dengan baik.

"Saya belum pernah ikut pelatihan menjahit, jadi ini pengalaman pertama. Awalnya memang sulit tapi kan bertahap. Saat ini juga masih awal-awal bikin jahitan melingkar kayak obat nyamuk untuk melatih fokus. Terus bikin jahitan garis-garis lurus dan teknik menyambung kain, baru 4 hari berjalan (pelatihannya)," ucap Sulastri kepada Tribunjogja.com, Jumat (30/5/2025). 

Warga Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten itu mengaku sehari-hari bekerja sebagai buruh tani tembakau. Namun karena tembakau adalah tanaman musiman (saat kemarau). Ketika musim penghujan tiba, Sulastri menjadi ibu rumah tangga dan petani padi ataupun jagung. 

"Kemarin ketika tahu informasi ada pelatihan ini, saya langsung mendaftar. Karena sebagai ibu rumah tangga dan buruh tani tembakau kan bagus kalau punya keterampilan lain. Misal kalau pertanian kan hasilnya 4 bulan sekali, apalagi modalnya juga banyak dari pupuk sampai pengolahan tanah. Jadi kalau punya keterampilan lain bisa dimanfaatkan sebagai pekerjaan sampingan," paparnya. 

Sulastri mengaku setelah mengikuti pelatihan itu ingin bisa membuka jasa menjahit di rumah.

Namun, ia mengaku tidak ingin terburu-buru dan pelan-pelan mempelajari keterampilan menjahit sampai mahir. 

"Keinginan buka usaha jasa jahit ada, tapi pelan-pelan. Mungkin ambil jahitan dulu untuk melatih supaya rapi, baru melangkah ke sana," ujarnya.

Peserta lainnya, Sri Kuswandari (31), warga Desa Wonosari, Kecamatan Trucuk, mengaku sudah beberapa tahun berhenti kerja dari pabrik dan menjadi ibu rumah tangga sambil berjualan online.

Lalu ketika mendapatkan informasi dari media sosial, ia pun lantas mendaftarkan diri dan lolos seleksi. 

"Harapannya saya bisa membuat baju sendiri, terus bisa terima jasa menjahit dan permak baju. Semoga pelatihannya lancar. Besok juga bakal ada ujian kompetensi untuk dapat sertifikat dan ada fasilitas bantuan alat mesin jahit," tuturnya. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved