BRIN Teliti Daun Kelor untuk Mencegah Kasus Stunting pada Anak di Gunungkidul 

Dini mengatakan proses penelitian itu dilakukan selama tiga bulan, dengan menyasar 33 balita stunting usia 13-59 bulan.

via bolastylo
ILUSTRASI - Daun Kelor 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah meneliti daun kelor untuk mencegah kasus stunting pada balita di Kabupaten Gunungkidul.

Riset ini melibatkan Pusat Riset Kesejahteraan Desa dan Konektivitas (PRKSDK) BRIN, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Gunungkidul, Puskesmas Karangmojo 2, PT BPR Bank Daerah Gunungkidul, serta warga Kalurahan Kelor dan Wiladeg.

Peneliti Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan (PRTPP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dini Ariani, memaparkan penelitian ini dilakukan sebagai hasil kolaborasi lintas sektor mengenai intervensi pangan lokal.

Di mana dalam penelitian tersebut daun kelor disebutkan dipercaya dapat mencegah stunting pada anak.

Dini mengatakan proses penelitian itu dilakukan selama tiga bulan, dengan menyasar 33 balita stunting usia 13-59 bulan.

Mereka diberi Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang diperkaya dengan daun kelor.

Daun kelor itu diubah dalam bentuk kudapan lokal seperti nugget ayam tempe, sempol, bakso, dimsum, sosis dan bolu kukus.

Kudapan ini diproduksi oleh ibu-ibu (PKK, UMKM, kader Posyandu) yang telah mendapat pelatihan.

Dan pemberian PMT kepada anak balita sesuai pedoman Kementerian Kesehatan tahun 2023 tentang penyusunan PMT Lokal

"Hasilnya cukup menggembirakan. Sebanyak 44,83 persen balita mengalami peningkatan kadar hemoglobin dan 68,97 persen sudah mencapai kadar Hb normal. Disamping itu juga terjadi perbaikan status gizi balita berdasarkan berat badan per tinggi badan,” jelas Dini dalam keterangannya, pada Rabu (14/5/2025).

Ia melanjutkan, hasil penelitian ini tak hanya memberikan hasil secara klinis, riset ini juga menguatkan kemandirian masyarakat dalam pengelolaan gizi berbasis potensi lokal. 

"Maka dari itu, proses edukasi dan pendampingan dilakukan secara berkesinambungan, termasuk pelatihan kepada ibu-ibu tim pemasak dan kader posyandu tentang pengolahan pangan lokal diperkaya daun kelor yang lezat, bergizi, dan diterima oleh balita," kata dia.

Meskipun begitu, Dini mengakui penelitian terhadap daun kelor ini dampak terhadap status gizi berdasarkan indikator BB/PB belum signifikan, sebab hasil ini membuka jalan untuk intervensi jangka panjang. 

"Ini dibutuhkan intervensi yang panjang. Sebab, tantangan terbesar bukan hanya pada formula makanan, tapi bagaimana memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang manfaat dari bahan pangan lokal salah satunya daun kelor," kata dia. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved