Tri Raharjo: Birokrat Berkarya, Seniman Berjiwa, dan Inovator Pewarna Alam dari Temanggung

Tri Raharjo membuktikan bahwa dedikasi terhadap pekerjaan pemerintahan tidak menghalangi seseorang untuk tetap berkarya

Editor: Hari Susmayanti
Dok Istimewa
SENI : Kepala DinasKebuda yaan dan Pariwisata Kabupaten Temanggung Tri Raharjo selalu meluangkan waktu untuk menyalurkan bakat seninya di sela-sela kesibukannya sebagai birokrat 

TRIBUNJOGJA.COM, TEMANGGUNG  — Di balik meja birokrasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Temanggung, terdapat sosok Tri Raharjo yang tak hanya dikenal sebagai kepala dinas, tetapi juga sebagai seniman produktif dan inovator dalam dunia pewarnaan alami.

Dengan semangat yang membara, Tri Raharjo membuktikan bahwa dedikasi terhadap pekerjaan pemerintahan tidak menghalangi seseorang untuk tetap berkarya dan berinovasi dalam bidang seni.​

Tri Raharjo telah menggeluti dunia seni lukis sejak sebelum menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN).

Meskipun kini menjabat sebagai kepala dinas, ia tetap meluangkan waktu untuk melukis, terutama pada malam hari setelah menyelesaikan tugas-tugas kedinasan.

Ia sering kali melukis hingga larut malam, bahkan hingga pagi hari, jika tidak diingatkan oleh istrinya.

Bagi Tri, seni bukan sekadar hobi, melainkan cara untuk mengekspresikan perasaan dan pengalaman yang ia alami dalam kehidupan sehari-hari.​

Dalam menjalankan tugasnya sebagai ASN, Tri Raharjo mengusung filosofi unik yang ia sebut sebagai "celana dalam".

Menurutnya, celana dalam adalah sesuatu yang penting dan digunakan oleh semua orang, namun tidak perlu dipamerkan.

Filosofi ini ia terapkan dalam bekerja: melakukan yang terbaik tanpa harus mencari pengakuan atau pujian.

Ia juga mengembangkan konsep ASN "APIK", yang merupakan singkatan dari Adaptif, Positif, Inovatif, dan Kreatif.​

Salah satu inovasi yang dikembangkan oleh Tri Raharjo adalah pemanfaatan limbah tanaman Strobilanthes cusia, yang dikenal sebagai tanaman penghasil pewarna alami biru indigo.

Limbah dari proses pembuatan pewarna ini, yang biasanya dianggap sampah, ia olah menjadi bahan pewarna untuk lukisan.

Inovasi ini ia namakan "Sampluk", singkatan dari "sampah umpluk", yang dalam bahasa Jawa berarti sampah yang diolah.

Dengan kreativitasnya, Tri berhasil mengubah limbah menjadi karya seni yang bernilai tinggi.​

Sebagai kepala dinas, Tri Raharjo juga aktif mendorong pengembangan ekonomi kreatif dan pariwisata di Temanggung.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA
    Komentar

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved