HASIL LABFOR SEMARANG, Hidangan yang Bikin Ratusan Orang di Tempel Keracunan Mengandung Formalin

Hasil uji Labfor Semarang terhadap hidangan hajatan di Dusun Krasakan menyatakan ada kandungan formalin

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Hari Susmayanti
Tribunjogja/
KERACUNAN MASSAL : Kepala Puskesmas Tempel I, Diana Kusumawati menjelaskan terkait keracunan massal di Sleman, Minggu (09/02/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Hasil uji laboratorium forensik (Labfor) Semarang terhadap hidangan hajatan di Dusun Krasakan, Lumbungrejo, Tempel, Kabupaten Sleman yang membuat ratusan orang keracunan sudah keluar.

Hasilnya, ada bahan pangan yang mengandung formalin.

Polisi menduga, tercampurnya senyawa kimia ke dalam makanan ada unsur kesengajaan sehingga proses penyelidikan atas perkara ini terus berjalan. 

"Hasil pemeriksaan di Labfor Semarang (kandungan di dalam makanan) bukan sianida. Bahasa ilmiahnya saya lupa, tapi mengandung formalin," kata Kasat Reskrim Polresta Sleman, AKP Riski Adrian, tempo hari. 

Hasil pemeriksaan Labfor Semarang ini berbeda dengan hasil uji sampel makanan yang telah dilakukan Dinas Kesehatan Sleman.

Dinkes Sleman menyebut, berdasarkan hasil pengujian, hidangan hajatan di Tempel terkontaminasi tiga bakteri yaitu Salmonella Sp, Bacillus Cereus dan bakteri E.Coli.

Sedangkan pemeriksaan Labfor Semarang hidangan mengandung formalin

Mengapa hasilnya berbeda, kata Adrian, karena pemeriksaannya berbeda.

Uji Laboratorium Dinas Kesehatan menguji kandungan mikrobiologi di sampel makanan.

Adapun labfor Semarang menguji kandungan senyawa kimia.

Mekanisme pengambilan sampelnya pun berbeda.

Pengambilan sampel makanan untuk pengujian mikrobiologi semakin cepat akan semakin bagus.

Sebab jika sampel terlalu lama diambil maka makanan akan berjamur yang berpotensi mempengaruhi hasil. 

Tetapi, pengujian senyawa kimia kapanpun bisa karena kandungan senyawa kimia di dalam makanan tidak bisa hilang. 

"Kalau mikrobiologi mungkin waktu pembuatan bener. Tapi kemudian waktu penyajian kurang tepat, misalnya makanan dibiarkan terbuka atau apa sehingga muncul bakteri. Tapi kalau yang kami cek, kan senyawa kimia, diduga ada formalin. Ini tidak bisa tiba-tiba muncul. Pasti kan ada yang mencampur," ujar dia. 

Formalin ini ditemukan di dalam sampel makanan.

Namun demikian, Adrian belum mau membuka jenis makanan apa yang mengandung formalin.

Ia hanya memastikan bahwa proses penyelidikan terus berjalan. Sejauh ini sudah ada 12 saksi yang diperiksa.

Selain penyaji makanan dan tuan rumah hajatan, polisi juga meminta keterangan dari Dinas Kesehatan dan pihak rumah sakit. 

Dalam penyelidikan ini, polisi dalam pekan ini juga menjadwalkan untuk meminta keterangan ahli dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

BPOM dilibatkan, sebagai institusi yang melakukan pengawasan terhadap makanan dan minuman. 

"Nantinya, hasil keterangan dari BPOM ini, langsung kami gelarkan, naik sidik," kata dia. 

Diketahui sebelumnya, kronologi keracunan massal ini bermula ketika seorang warga di Dusun Krasakan, Lumbungrejo, Tempel menggelar hajatan pernikahan pada Sabtu, 8 Februari 2025 lalu.

Akad nikah digelar pagi dan siangnya dilanjutkan resepsi.

Saat itu, sebagian makanan ada yang dikonsumsi di tempat dan sebagian lainnya dibagi-bagikan kepada tetangga atau masyarakat setempat. 

Setelah menyantap makanan, pada malam hari warga mulai mengalami gejala demam dan diare malam hari.

Minggu keesokan hari, jumlah warga yang bergejala semakin banyak dan dibawa ke RSUD Sleman.

Kejadian tersebut dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman dan langsung ditindaklanjuti ke Puskesmas Tempel 1 mendirikan posko kesehatan penanganan bagi warga yang keracunan.

Kepala Dinas Kesehatan Sleman, dr. Cahya Purnama telah mengungkap penyebab keracunan massal yang mengakibatkan ratusan warga mengalami gejala diare, hingga demam ini.

Ia menyebut berdasarkan hasil pengujian laboratorium terhadap sampel makanan yang disajikan dalam pesta tersebut, beberapa makanan ditemukan terkontaminasi tiga bakteri yang menyebabkan keracunan. 

"Keracunan makanan yang terjadi diduga karena adanya kontaminasi bakteri Salmonella sp, Bacillus Cereus dan E. Coli pada makanan yang disajikan," ujar dia. 

Cahya bilang ketiga bakteri tersebut memang sering mengontaminasi makanan dan jika dikonsumsi manusia dapat menyebabkan gejala diare, mual, muntah, sakit perut dan kadang juga disertai panas atau demam.

Namun demikian, Ia tidak merinci, jenis makanan apa saja yang terkontaminasi bakteri sehingga menyebabkan ratusan orang tumbang.

Cahya hanya menyebut seluruh sampel makanan yang diperiksa antara lain bakso, sate, siomay, krecek dan es krim.

Dari jenis makanan tersebut, ada beberapa yang diduga tercemar oleh bakteri.(rif)

 

 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved