Dinkes Kulon Progo Antisipasi Penularan Penyakit Malaria Dari Luar Usai Libur Lebaran

Kepala Dinkes Kulon Progo, Sri Budi Utami mengatakan salah satu penyakit yang pihaknya antisipasi penyebarannya adalah Malaria.

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Muhammad Fatoni
Tribunjogja.com/Alexander Ermando
Kepala Dinas Kesehatan Kulon Progo, Sri Budi Utami 

TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulon Progo mengantisipasi penyebaran sejumlah penyakit usai libur Lebaran.

Sebab selama momen tersebut, mobilitas masyarakat meningkat baik di dalam wilayah maupun yang datang dari luar daerah.

Kepala Dinkes Kulon Progo, Sri Budi Utami mengatakan salah satu penyakit yang pihaknya antisipasi penyebarannya adalah Malaria.

"Potensinya meningkat seiring dengan tingginya mobilitas masyarakat dari luar daerah di Kulon Progo saat libur Lebaran," kata Budi pada wartawan, Jumat (11/04/2025).

Antisipasi terhadap penularan malaria bukan tanpa alasan.

Pasalnya, pengalaman di Lebaran tahun lalu, Dinkes Kulon Progo mendapatkan laporan tentang adanya warga yang terpapar Malaria dari pemudik.

Menurut Budi, warga yang terpapar berasal dari Kalurahan Hargotirto, Kapanewon Kokap.

Berdasarkan penelusuran, penyakit Malaria yang diderita datang dari Papua.

"Papua sendiri diketahui merupakan daerah endemis Malaria," ujarnya.

Baca juga: Cuaca Ekstrem Buat Produksi Cabai Rawit Merah Turun, Harganya di Kulon Progo Jadi Mahal

Budi mengatakan tren penyebaran Malaria dari luar daerah cenderung menurun.

Sebagai gambaran, pada 2023 lalu ditemukan 2 kasus malaria, sedangkan di 2024 hanya 1 kasus yang datang dari pemudik.

Meski begitu Dinkes Kulon Progo tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran Malaria di wilayahnya.

Kewaspadaan ditingkatkan sejak libur Lebaran dimulai sampai selesai.

"Kami mengutamakan deteksi dini lewat seluruh fasilitas layanan kesehatan (fasyankes)," jelas Budi.

Petugas tiap fasyankes akan memonitor mobilitas pemudik dari daerah endemik Malaria.

Jika pemudik tersebut kurang sehat, maka akan diarahkan untuk pemeriksaan darah guna memastikan kondisinya.

Budi mengungkapkan setidaknya ada 21 kalurahan di Pegunungan Menoreh yang rawan terjadi penyebaran Malaria.

Selama 2024 lalu total ada 7 kasus Malaria, sedangkan di 2023 ada 10 kasus.

"Kami juga menggencarkan penyemprotan insektisida pembunuh larva nyamuk Anopheles yang membawa virus Malaria," katanya.

Masyarakat pun diimbau untuk berperan aktif dalam melakukan pencegahan.

Seperti melapor ke fasyankes terdekat jika ada pemudik dari daerah endemik Malaria, agar dapat dipantau kesehatannya.(*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved