Mahasiswa Amikom Yogyakarta Meninggal Saat Demo, JPW Desak Bentuk Tim Investigasi Independen

JPW mendesak pembentukan tim investigasi independen untuk mengusut kematian mahasiswa Universitas Amikom Yogyakarta, Rheza Sendy Pratama (20).

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA/Ardhike Indah
TEWAS - Pemakaman Rheza Sendy Pratama (21), mahasiswa Universitas Amikom Yogyakarta yang tewas saat mengikuti aksi demonstrasi di Polda DIY, Minggu (31/8/2025) 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Jogja Police Watch (JPW) mendesak pembentukan tim investigasi independen untuk mengusut kematian mahasiswa Universitas Amikom Yogyakarta, Rheza Sendy Pratama (20). 

Rheza meninggal dunia saat mengikuti aksi unjuk rasa di Markas Kepolisian Daerah (Mapolda) DIY pada Minggu (31/8/2025) pagi.

Kematian mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi angkatan 2023 ini disebut tak wajar oleh keluarganya. 

Ayah korban, Yoyon Surono, mengungkapkan adanya sejumlah luka mencurigakan di tubuh anaknya. 

Berdasarkan temuan itu, JPW menilai investigasi harus dilakukan secara independen agar penyebab pasti kematian Rheza bisa diungkap.

”Kalau hanya kepolisian yang menyelidiki, apalagi ini sesuai permintaan Sultan HB X, kami khawatir hasilnya subyektif dan justru terkesan melindungi anggota polisi. Karena itu, tim independen sangat mendesak dibentuk,” kata Kepala Divisi Humas JPW, Baharuddin Kamba.

Ia menambahkan, kasus ini tak hanya menyangkut dugaan pelanggaran prosedur, tetapi juga menyangkut rasa keadilan publik.

”Kami tidak ingin ada lagi korban mahasiswa atau masyarakat sipil yang jatuh karena tindakan aparat yang represif. Kalau aparat tetap represif terhadap demonstran, dikhawatirkan justru akan memicu tindakan anarkistis. Ini bisa membahayakan situasi sosial di Yogyakarta,” tegas Baharuddin.

Baca juga: 5 Fakta Kematian Mahasiswa Amikom saat Aksi hingga Polda DIY Buka Suara

Diberitakan sebelumnya, mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Yogyakarta, Rheza Sendy Pratama (21), ditemukan meninggal dunia dengan kondisi penuh luka pada Minggu (31/8/2025).

Ia sebelumnya pamit kepada orang tuanya pada Sabtu malam untuk bertemu teman di kawasan Tugu Yogyakarta.

Ayah korban, Yoyon Surono, menuturkan, malam itu Rheza sempat berpamitan untuk ngopi bersama teman lamanya. 

”Saya nyari yang ini (temannya yang mengajak) tapi belum ketemu anaknya. Semalem dia ngajak ngopi di dekat Tugu itu. Malamnya ngopi minta uang, temannya dari SMK yang ngajak. Saya kasih uang, lalu dia pergi,” ujar Yoyon.

Keesokan paginya, Yoyon mendapat kabar mengejutkan dari tetangga yang menunjukkan KTP milik Rheza. Saat itu, ia diberitahu bahwa anaknya berada di RSUP Dr Sardjito karena terkena gas air mata. 

”Saya ke sana anaknya sudah terbujur kayak gitu. Saya tanya yang ngantar siapa, katanya cuma dari unit kesehatan Polda, dua orang. Keterangan dari yang mengantar ada aksi demo di depan Polda tadi pagi. Jadi kemungkinan kejadiannya pagi di depan Polda,” ucap Yoyon.

Saat memandikan jenazah anaknya, Yoyon melihat sejumlah luka yang menurutnya tidak wajar. Ia menyebut, kondisi tubuh Rheza mengalami banyak memar dan cidera parah.

”Tadi ikut mandiin, sini (leher) itu kayak patah apa gimana. Terus di perut kanan itu bekas pijakan kaki, bekas sepatu PDL. Di tubuh ada sayatan-sayatan kayak bekas digebuk, terus kepala sini agak bocor. Di wajah ada putih-putih kayak kena gas air mata. Kaki dan tangan lecet, punggung juga lecet. Jadi bukan cuma karena gas air mata saja, lukanya banyak dan parah,” kata Yoyon. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved