Pengakuan 2 Pelajar SMK Peracik Petasan yang Diringkus Polisi di Bantul, Bermodal Belajar di Youtube

Pelaku NAN mengaku telah lama meracik bahan peledak menjadi petasan dengan modal belajar dari video Youtube.

TRIBUNJOGJA.COM/ Neti Istimewa Rukmana
KASUS PETASAN - Polisi menghadirkan pelaku dan barang bukti bahan peledak petasan saat jumpa pers di lobby Mapolres Bantul, Senin (24/3/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Dua pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di DIY diamankan polisi usai terbukti meracik dan menjual bahan peledak di wilayah Kabupaten Bantul.

Mereka berinisial NAN (19) dan RNA (18), keduanya warga Kapanewon Godean, Kabupaten Sleman.

Mereka diamankan polisi usai bertindak mencurigakan dan membawa bubuk petasan di depan SMAN 1 Sewon Bantul, Selasa (18/3/2025).

Saat dihadirkan dalam jumpa pers di lobby Mapolres Bantul, Senin (24/3/2025), pelaku NAN, mengaku telah lama meracik bahan peledak menjadi petasan dengan bermodal belajar dari video Youtube.

"Awalnya nyoba-nyoba, terus coba beli bahannya di toko online. Pertama beli satu kilogram harganya sekitar Rp200 ribuan," ucap dia kepada awak media dalam jumpa pers di lobby Polres Bantul.

Dikatakannya, untuk satu selongsong petasan membutuhkan sekitar lima gram bubuk bahan peledak.

Tak heran, satu kilogram bubuk bahan peledak tersebut bisa menghasilkan banyak petasan.

"Iya, kalau satu kilogram bubuk itu bisa jadi banyak," ungkapnya.

Sejauh ini, ia tidak menerima pesanan untuk membuat petasan.

Namun, dari bahan peledak yang didapatkan di toko online, kemudian ia racik untuk dipakai sendiri dan dijual.

"Saya menyesal membuat itu. Tau gitu enggak buat mercon," tutur pelaku NAN.

Senada, RNA berujar bahwa ia turut coba-coba menjual bahan peledak tersebut dikarenakan ingin belajar bisnis.

"Tapi, orangtua enggak tahu. Iya (raciknya sembunyi-sembunyi)," papar dia.

Baca juga: Mercon Kembali Makan Korban, Jari Bocah 12 Tahun di Sleman Remuk Terkena Ledakan Petasan

Adapun proses transaksi jual beli tersebut melalui orang-orang terdekat, kemudian menghubungi pelaku RNA melalui WhatsApp. Hasil penjualan tersebut cukup banyak.

"Untungnya kurang tahu. Menjualnya itu satu kilogram Rp300 ribu. Kalau beli saya enggak tahu, kan yang beli teman saya (pelaku NAN)," tuturnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved