IHSG Merosot, Pakar UGM: Pasar Tidak Percaya
Goldman menurunkan peringkat saham RI dari overweight menjadi market weight. Penurunan peringkat ini memperparah aksi jual asing di bursa saham domest
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Yoseph Hary W
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga tujuh persen dalam beberapa hari terakhir. Kondisi ini sempat memicu penghentian sementara perdagangan atau trading halt oleh Bursa Efek Indonesia.
Sebelumnya Bank Investasi dan pengelola aset global Goldman Sachs menurunkan peringkat dan rekomendasi atas aset keuangan di Indonesia setelah memperkirakan adanya peningkatan risiko fiskal atas sejumlah kebijakan dan inisiatif yang dipilih oleh Presiden Prabowo Subianto.
Goldman menurunkan peringkat saham RI dari overweight menjadi market weight. Penurunan peringkat ini memperparah aksi jual asing di bursa saham domestik.
Menanggapi kondisi pasar modal ini, Ekonom UGM Dr. I Wayan Nuka menilai penurunan IHSG bukan sekadar respons terhadap kondisi ekonomi, tetapi juga mencerminkan persepsi investor terhadap stabilitas nasional.
“Kalau sebuah indeks jatuh secara ekstrem seperti kemarin, itu sebenarnya adalah cerminan dari apa yang dipersepsikan oleh para investor,” ungkapnya, Senin (24/3/2025).
Data menunjukkan bahwa dalam beberapa hari sebelum jatuhnya IHSG, kata Wayan, sudah terjadi lonjakan net sale oleh investor asing.
Menurut Wayan, hal ini menandakan adanya dorongan kuat dari investor untuk segera melepas aset mereka dan mencari peluang yang lebih baik di negara lain.
“Kalau kita lihat indeks di hari yang sama, hanya Indonesia saja di Asia yang merah, yang lain hijau semua. Dugaan saya ini ada shifting, dana yang keluar dari Indonesia masuk ke negara-negara lain di kawasan tersebut,” jelasnya.
Kepala Program Studi Manajemen FEB UGM ini tersebut menegaskan bahwa pelemahan IHSG ini tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan sebuah akumulasi dari berbagai faktor.
Mulai dari kebijakan pemerintah yang kontroversial, terungkapnya kasus korupsi di sejumlah BUMN, hingga ketidakpastian politik yang berkepanjangan.
Investor melihat tanda-tanda keadaan negara ini yang mengimplikasikan adanya sesuatu yang tidak baik-baik saja.
“Kita defisit makin melebar, angsuran utang meningkat, dan lembaga rating internasional pun menurunkan peringkat kita. Kalau mereka saja sudah bilang turun, apa yang bisa kita katakan lagi?” tambahnya.
Dalam upaya penyelesaian masalah melemahnya pasar investasi ini, ia menilai langkah politis-populis seperti kunjungan DPR ke bursa bukanlah solusi konkret, langkah ini justru tidak tepat sasaran.
Dalam kondisi seperti ini, Wayan menilai kepercayaan menjadi faktor utama yang harus segera dipulihkan. “Ini kan masalah kepercayaan, satu-satunya cara adalah menunjukkan kepada dunia bahwa pemerintah punya itikad baik dan memberi sinyal positif,” tegasnya.
Ia turut menegaskan pemulihan kepercayaan itu adalah hal yang sulit. Sebagai negara yang bersaing untuk menarik investor dengan Vietnam, Thailand, Malaysia, dan negara lainnya, Indonesia harus mampu menunjukkan stabilitas ekonomi dan politik.
Wacana Kementan Konversi Lahan Karet Jadi Kebun Sawit, Pakar UGM: Monokultur Lemah Berkelanjutan |
![]() |
---|
Pakar UGM Sebut Bahaya Beras Oplosan, Picu Kanker dan Penyakit Organ Vital |
![]() |
---|
Pakar UGM Tanggapi Isu Uni Eropa Terapkan Relaksasi Regulasi Anti Deforestasi |
![]() |
---|
Cuaca Ekstrem Jadi Simbol Krisis Iklim Global, Pakar UGM: Perhatikan Dampaknya ke Lansia |
![]() |
---|
Pakar UGM Jelaskan Mitigasi Risiko atas Insiden Rinjani: Kaldera Curam, Tebing Tajam |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.