Hikmah Ramadan 1446 H
Berbuat Baik Sepanjang Zaman
Adalah Sumur Raumah di Madinah. Dikisahkan pada saat itu di Madinah hanya ada satu sumur yang mengeluarkan air.
Oleh: Bramma Aji Putra, Humas Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY
TRIBUNJOGJA.COM - Adalah Sumur Raumah di Madinah. Dikisahkan pada saat itu di Madinah hanya ada satu sumur yang mengeluarkan air.
Sumur tersebut dimiliki seorang Yahudi. Ia menjual airnya dengan harga tinggi. Tentu saja umat Islam menjadi resah dengan persoalan ini.
Kabar ini akhirnya sampai kepada Rasulullah. Beliau lantas menyeru kepada para sahabatnya untuk menyelesaikan persoalan air dan sumur tersebut.
Beliau menjanjikan siapapun yang membeli sumur milik Yahudi itu dan mewakafkannya untuk umat Islam, maka kelak ia akan mendapatkan minuman di surga, sebanyak air dalam sumur tersebut.
Sayyidina Utsman bin Affan ra. langsung mendatangi Yahudi pemilik sumur tersebut. Ia bernegosiasi dengan Yahudi pemilik sumur. Setelah terjadi diskusi yang alot, akhirnya pihak Yahudi bersedia menjual sumurnya dengan harga 12 ribu dirham.
Namun harga itu tidak untuk semuanya, hanya separuh saja. Maksudnya kepemilikan sumur bergantian; sehari miliki Utsman ra. sehingga umat Islam bebas mengambil air pada hari itu, sementara hari berikutnya untuk Yahudi itu.
Dan begitu dengan hari-hari selanjutnya. Alhasil masyarakat Madinah selalu mengambil air pas jadwal kepemilikan Utsman. Kondisi seperti itu berjalan beberapa saat. Yahudi yang jual ecer air pun sama sekali tidak mendapat pemasukan lagi.
Hingga akhirnya ia menyerah. Lantas menawarkan kepada Utsman ra. untuk membeli secara penuh. Utsman ra. mengeluarkan 8 ribu dirham untuk melunasi harga sumur. Dengan demikian, sumur sudah dimiliki Utsman ra. secara penuh. Sumur ini lantas diwakafkan sehingga masyarakat Madinah bebas mengambil air kapan pun mereka butuh.
Sampai hari ini, sumur wakaf Utsman ra. itu masih mengalir. Kini, sumur Raumah dimanfaatkan oleh Pemerintah Arab Saudi untuk mengairi perkebunan dan ladang kurma yang ada di sekitarnya. Bahkan hasilnya kini dibangun sebuah hotel bernama Usman bin Affan di Kota Makkah.
Habib Bugak al Asyi
Serupa dengan kisah di atas, Indonesia juga punya kisah wakaf yang melegenda. Habib Abdurrahman bin Alwi Al-Habsyi atau dikenal sebagai sosok Habib Bugak berasal dari Mekkah, kemudian datang ke Aceh pada tahun 1760.
Saking akrabnya dengan Aceh, namanya pun ditambahi menjadi Habib Bugak al Asyi. Ia memiliki rumah di dekat Kabah. Bahkan saking dekatnya, terkena pelebaran akses tawaf.
Dulu, rumahnya kerap digunakan pondokan bagi jamaah haji asal Nusantara. Habib Bugak sama sekali tak memungut bayaran sepeser pun. Ia merasa bahagia dapat layani dluyufurrahman di Tanah Suci. Toh juga banyak saudagar kaya asal Aceh yang ikut menitipkan uang kepadanya.
Kini rumah Habib Bugak dekat Kabah yang ditukar guling oleh Pemerintah Saudi telah didirikan hotel. Dan, ini yang semakin membuat kita kagum: keuntungan uang sewa hotel dibagi untuk jamaah haji asal Aceh tiap tahunnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.