Rangkuman Pengetahuan Umum
Rangkuman Materi Kimia Kelas 12 Bagian D dan E: Sifat Koligatif Larutan
Larutan memiliki sifat yang berbeda dibandingkan zat terlarut atau pelarutnya. Sifat-sifat ini muncul akibat interaksi baru yang terbentuk antara pel
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
Faktor ini penting untuk larutan elektrolit.
3. Kenaikan Titik Didih Larutan (ΔTf)
Kenaikan titik didih larutan berhubungan erat dengan penurunan tekanan uap.
Mendidih terjadi saat tekanan uap larutan sama dengan tekanan atmosfer.
Zat terlarut nonvolatil mengganggu proses mendidih, mirip dengan gangguan pada penguapan.
Partikel pelarut harus memutuskan interaksi antarpelarut dan pelarut-terlarut untuk mendidih dan menguap.
Proses mendidih menjadi lebih sulit dan memerlukan temperatur yang lebih tinggi.
Fenomena ini disebut sebagai kenaikan titik didih.
Seperti penurunan titik beku, kenaikan titik didih (ΔTb) juga berbanding lurus dengan molalitas (m) larutan.
Hal ini dinyatakan dalam rumus:
ΔTb = Kb . m . i
Kb adalah tetapan kenaikan titik didih molal, nilainya tergantung pada jenis pelarut.
m adalah konsentrasi molal.
i adalah faktor Van't Hoff.
Nilai Kb berbeda untuk setiap pelarut.
Nilai ini mencerminkan seberapa besar kenaikan titik didih yang terjadi untuk setiap molalitas larutan.
Faktor Van't Hoff memperhitungkan jumlah partikel zat terlarut yang terdisosiasi atau terionisasi dalam larutan.
Faktor ini penting untuk larutan elektrolit.
Hubungan antara tekanan uap, titik beku, dan titik didih dari pelarut dan larutan dapat dilihat dalam diagram fasa.
4. Tekanan Osmosis Larutan (π)
Tekanan osmosis berbanding lurus dengan molaritas larutan dan dipengaruhi oleh temperatur.
Persamaan matematis tekanan osmosis:
π = M . R . T . i
Keterangan:
M = konsentrasi molar
R = tetapan (0,082 L.atm/mol.K)
T = temperatur larutan dalam Kelvin
i = faktor Van't Hoff
Konsep tekanan osmosis digunakan dalam:
- Proses reverse osmosis untuk mendapatkan air tawar dari air laut.
- Pemurnian air sumur dari ion logam di rumah.
- Pembuatan larutan infus.
E. Koloid
Koloid adalah campuran heterogen dengan karakteristik yang unik.
Karakter koloid menjadi dasar pembuatan produk modern yang disebut nanomaterial.
Koloid memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan campuran lain.
1. Jenis-jenis koloid
Koloid dibedakan berdasarkan interaksi antara zat terdispersi dan medium pendispersinya menjadi koloid liofil dan liofob.
Koloid liofil: zat terdispersinya menarik medium pendispersinya, karena kuatnya gaya tarik antar partikel.
Koloid liofob: zat terdispersinya tidak menarik medium pendispersinya.
Jika medium pendispersi air, koloid liofil disebut hidrofil, dan koloid liofob disebut hidrofob.
Contoh Koloid Hidrofil dan Hidrofob:
Hidrofil: sabun, detergen, agar-agar, kanji, gelatin.
Hidrofob: sol Fe(OH)3, sol belerang, sol logam, sol sulfida.
Contoh Penerapan pada Sabun Cuci Piring:
Sabun memiliki bagian hidrofil (berinteraksi dengan air) dan hidrofob (berinteraksi dengan senyawa nonpolar seperti minyak).
Cara kerja sabun: mengangkat minyak dari permukaan benda dan membilasnya dengan air.
2. Sifat-sifat koloid
a. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak acak dan terus menerus partikel koloid akibat tumbukan zat terdispersi dengan medium pendispersi yang berbeda ukuran.
Gerak ini ditemukan oleh Robert Brown dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop ultra.
b. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah gejala penghamburan berkas sinar oleh partikel koloid akibat ukuran molekul koloid yang besar.
Contohnya adalah warna langit biru saat siang dan jingga saat sore.
Efek ini diambil dari nama penemunya, John Tyndall.
c. Adsorpsi
Adsorpsi adalah penyerapan partikel, ion, atau senyawa lain pada permukaan partikel koloid akibat luasnya permukaan partikel.
Muatan koloid dihasilkan dari sifat adsorpsi.
Contoh: koloid Fe(OH)₃ bermuatan positif karena menyerap ion H⁺, koloid As₂S₃ bermuatan negatif karena menyerap ion S⊃2;⁻.
Dalam kehidupan sehari-hari, sifat ini digunakan dalam pemutihan gula dan norit untuk mengobati sakit perut.
d. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid membentuk agregat, terjadi karena proses fisis (pemanasan, pendinginan, pengadukan) atau kimia (penambahan elektrolit, pencampuran koloid berbeda muatan).
Contoh: penjernihan air dengan tawas.
Koloid pelindung digunakan untuk mencegah koagulasi dalam produk (misalnya gelatin dalam es krim).
e. Dialisis
Dialisis adalah pemisahan koloid dari ion pengganggu menggunakan selaput semipermeabel sebagai penyaring.
Selaput hanya melewatkan cairan, bukan partikel koloid.
Contoh: cuci darah untuk pasien gagal ginjal.
f. Elektroforesis
Elektroforesis adalah pemisahan partikel koloid bermuatan menggunakan arus listrik.
Digunakan untuk memisahkan protein dan menyaring debu di cerobong pabrik.
3. Cara pembuatan koloid
Koloid dapat dibuat dengan dua metode utama: dispersi dan kondensasi.
Metode dispersi: memperkecil partikel besar menjadi partikel berukuran koloid.
Metode kondensasi: menggumpalkan partikel larutan agar membentuk partikel berukuran koloid. (MG Ni Komang Putri Sawitri Ratna Duhita)
Berapa Lama Lalat Terbang dalam Sehari? Ini Penjelasan Ilmiahnya |
![]() |
---|
Mengapa Hari Anak Nasional Diperingati Setiap 23 Juli? Begini Sejarahnya |
![]() |
---|
21 Suku Terbesar di Indonesia: Asal Daerah, Ciri Khas, dan Keunikan Budaya Masing-Masing |
![]() |
---|
Penjelasan Lengkap Hewan Berdarah Panas dan Berdarah Dingin: Perbedaan, Ciri, dan Contohnya |
![]() |
---|
Rangkuman Materi Bahasa Indonesia Kelas 10 Bab 2 : Pengertian, Ciri, Tujuan Teks Anekdot |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.