Hikmah Ramadan 1446 H

Ramadan: Momentum Re-charge Iman 

Berlimpahnya keberkahan dan dibukanya ampunan dosa dari Allah SWT seharusnya membuat umat Islam menyambut gembira atas datangnya bulan Ramadan. 

|
Editor: ribut raharjo
Istimewa
Lilis Ummi Fa’iezah MA, Guru MAN 1 Yogyakarta 

Oleh: Lilis Ummi Fa’iezah MA, Guru MAN 1 Yogyakarta

TRIBUNJOGJA.COM -     Berlimpahnya keberkahan dan dibukanya ampunan dosa dari Allah SWT seharusnya membuat umat Islam menyambut gembira atas datangnya bulan Ramadan. 

Rasulullah SAW bersabda: “Sangat rugi bagi orang yang mendapati bulan Ramadan namun ia tidak diampuni. Kalau ia tidak diampuni di bulan itu, lalu kapan?” (HR. Ibnu Abi Syaibah dan al-Thabrani).

Introspeksi diri menjadi hal yang penting apabila mendapati diri tidak bahagia dengan datangnya bulan Ramadan. Sebagian muslim menganggap kewajiban berpuasa adalah hal yang berat. 

Kekhawatiran dengan kesehatan, bau mulut, lemah fisik di kala bekerja dan segudang alasan lain digunakan untuk menghindar dari kewajiban berpuasa. Para alim ulama menyebutnya ada yang salah dalam keimanannya. 

Padahal, Allah SWT telah berfirman dalam (QS, Yunus: 58) “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.
 
Selain berlimpahnya pahala dan ampunan, bulan puasa adalah bulan untuk meningkatkan iman seseorang, yang dengan bahasa generasi masa kini disebut re-charge iman. 

Ibarat ponsel, iman manusia  kerap mengalami pasang dan surut sehingga harus di re-charge setiap kadarnya menipis. 

Ramadan menjadi momentum paling penting untuk me re-charge iman karena di bulan Ramadan, Allah menyediakan ruang yang lebih bagi manusia yang berniat untuk lebih mendekatkan diri pada-Nya. 

Pahala dan ampunan disediakan Allah bagi siapa saja yang beribadah dan beramal soleh dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. 

Janji Allah adalah pasti, manusia beriman tidak hanya mendapatkan kenikmatan saat berbuka puasa namun mereka akan mendapatkan puncak kebahagiaan yaitu berjumpa secara spiritual dengan Rabbnya. 

Ibadah puasa Ramadan bukan sekadar ritual spiritual tahunan, tetapi harus diniatkan sebagai sarana peningkatan ketaqwaan pada Allah SWT, dan juga sarana menginternalisasikan dan mengimplementasikan nilai-nilai kehidupan  tidak hanya pada diri sendiri namun juga pada  kehidupan sosial. 

Meningkatnya kesadaran beribadah selama bulan Ramadan diharapkan menjadi titik penting bagi seseorang untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik di bulan-bulan selanjutnya. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved