Jeritan Dosen ASN di UGM: Bekerja 24 Jam, tapi Tukin Tak Kunjung Digenggam

Alfarisi Akbar Effendi, Koordinator Aliansi Dosen ASN Kemendiktisaintek Seluruh Indonesia (Adaksi) Jogja-Jateng, mengungkapkan realitas pahit

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA/Ardhike Indah
POSTER TUKIN - Sejumlah dosen ASN yang tergabung dalam SPF UGM dan ADAKSI membentangkan poster mendesak pemerintah mencairkan tunjangan kinerja (tukin) di Balairung UGM, Rabu (12/2/2025) 

Dosen ASN seperti Alfarisi tak menuntut lebih, mereka hanya ingin hak yang seharusnya diberikan.

“Kami semua ASN. Kami punya status yang sama. Tapi kenapa negara masih mengotak-kotakkan dunia kampus?”

“Makanya, perjuangan ini adalah tukin for all atau tukin untuk semua. Negara bilang tidak ada fiskal dan hanya menganggarkan Rp2,5 triliun. Itu angka besar, tapi kalau dibagi ke seluruh dosen se-Indonesia jadi tidak seberapa,” beber Alfarisi lagi.

Tak sekaya kelihatannya

Masyarakat sering membayangkan dosen hidup berkecukupan, sejahtera, dihormati. Sayangnya, kenyataan jauh dari itu.

“Gaji CPNS dosen hanya Rp2,3 juta. Kalau sudah PNS, naik sedikit jadi Rp2,9 juta. UMR Jakarta saja jauh lebih tinggi. Kami mau hidup dari apa?” ucap Alfarisi dengan suara tajam.

Mereka yang mengabdi di dunia akademik, justru harus bertahan dengan penghasilan yang begitu minim.

Sementara di negara lain, profesi dosen dihargai begitu tinggi.

“Timor Leste saja berani kasih gaji lebih besar. Malaysia, Singapura, Thailand, semuanya lebih baik. Kenapa Indonesia tak bisa?”

Alfarisi menutup pembicaraan dengan nada getir. “Kita semua punya cita-cita yang sama, Indonesia Emas, tapi itu hanya omong kosong kalau kesejahteraan dosen terus diabaikan.” (Ard)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved