Jeritan Dosen ASN di UGM: Bekerja 24 Jam, tapi Tukin Tak Kunjung Digenggam
Alfarisi Akbar Effendi, Koordinator Aliansi Dosen ASN Kemendiktisaintek Seluruh Indonesia (Adaksi) Jogja-Jateng, mengungkapkan realitas pahit
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Yoseph Hary W
Dosen ASN seperti Alfarisi tak menuntut lebih, mereka hanya ingin hak yang seharusnya diberikan.
“Kami semua ASN. Kami punya status yang sama. Tapi kenapa negara masih mengotak-kotakkan dunia kampus?”
“Makanya, perjuangan ini adalah tukin for all atau tukin untuk semua. Negara bilang tidak ada fiskal dan hanya menganggarkan Rp2,5 triliun. Itu angka besar, tapi kalau dibagi ke seluruh dosen se-Indonesia jadi tidak seberapa,” beber Alfarisi lagi.
Tak sekaya kelihatannya
Masyarakat sering membayangkan dosen hidup berkecukupan, sejahtera, dihormati. Sayangnya, kenyataan jauh dari itu.
“Gaji CPNS dosen hanya Rp2,3 juta. Kalau sudah PNS, naik sedikit jadi Rp2,9 juta. UMR Jakarta saja jauh lebih tinggi. Kami mau hidup dari apa?” ucap Alfarisi dengan suara tajam.
Mereka yang mengabdi di dunia akademik, justru harus bertahan dengan penghasilan yang begitu minim.
Sementara di negara lain, profesi dosen dihargai begitu tinggi.
“Timor Leste saja berani kasih gaji lebih besar. Malaysia, Singapura, Thailand, semuanya lebih baik. Kenapa Indonesia tak bisa?”
Alfarisi menutup pembicaraan dengan nada getir. “Kita semua punya cita-cita yang sama, Indonesia Emas, tapi itu hanya omong kosong kalau kesejahteraan dosen terus diabaikan.” (Ard)
Bendera One Piece Viral, Dosen UGM: Bentuk Kekecewaan Masyarakat |
![]() |
---|
Dosen UGM Tekankan Transparansi dan Audit Sosial tentang Kenaikan Bantuan Dana Parpol |
![]() |
---|
Dosen UGM: Angka Pengangguran Turun Tak Berarti Kondisi Pasar Naker Membaik |
![]() |
---|
Dosen UGM Tanggapi Pembentukan Satgassus Optimalisasi Penerimaan Negara: Asal Tidak Tambah Beban |
![]() |
---|
Dosen UGM: RUU Penyiaran Multitafsir, Perlu Ditinjau Ulang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.