Pakar UGM Jelaskan Proses Keracunan Makanan di Katering Hajatan Sleman: Perlu Ada Food Tester

Ia menjelaskan pengolahan makanan yang kurang sempurna menjadi faktor utama pemicu keracunan.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Yoseph Hary W
Dok. Istimewa
PENYEBAB KERACUNAN: Foto Ilustrasi keracunan makanan. Ahli Gizi Universitas Gadjah Mada (UGM), Toto Sudargo menjelaskan pengolahan makanan yang kurang sempurna menjadi faktor utama pemicu keracunan, Senin (10/2/2025). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kasus keracunan di pesta pernikahan di Dusun Krasakan, Kalurahan Lumbungrejo, Tempel, Sleman mengakibatkan 160 warga bergejala mual, demam hingga nyeri otot. 

Puluhan warga di antaranya harus dirujuk ke rumah sakit karena gejala tak kunjung membaik setelah diberi penanganan medis di posko sejak Minggu (9/2/2025).

Ahli Gizi Universitas Gadjah Mada (UGM), Toto Sudargo menjelaskan keracunan makanan memang sering terjadi di acara hajatan atau pesta.

"Keracunan bisa disebabkan oleh banyak hal, dari bahan kimia, jamur, hingga makanan tertentu. Padahal, dalam hajatan, makanan yang disajikan harusnya bisa lebih terjaga, apalagi dengan dominasi makanan dari protein hewani seperti daging ayam, tahu, dan telur," ujar Toto kepada Tribun Jogja, Senin (10/2/2025).

Faktor utama

Ia menjelaskan pengolahan makanan yang kurang sempurna menjadi faktor utama pemicu keracunan.

“Makanan yang tidak matang sempurna bisa menyimpan bakteri berbahaya. Selain itu, makanan yang dibiarkan terbuka terlalu lama juga bisa terkontaminasi jamur dan bakteri," jelasnya.

Dari kasus keracunan di Sleman, salah satu makanan yang diduga menjadi penyebab keracunan adalah siomay.

Menurut Toto, makanan seperti siomay yang merupakan olahan protein hewani perlu diolah dengan sempurna.

"Siomay biasanya dicampur ikan. Kalau ikannya tidak segar atau pengolahannya tidak bersih, bisa menjadi masalah. Dalam penyajian skala besar, kalau tidak profesional dan higienis, risiko kontaminasi semakin tinggi," tambahnya.  

Sistem uji makanan

Untuk mencegah keracunan makanan, Toto menekankan pentingnya sistem uji makanan atau food testing di penyedia katering besar. 

"Setiap jam, bakteri di makanan bisa terus berkembang. Maka, harus ada tim yang mencicipi makanan untuk memastikan tidak ada perubahan rasa dan bau. Kalau sudah terasa tidak enak, lebih baik tidak dikonsumsi," ujarnya.  

Selain itu, konsumen juga harus lebih peka terhadap rasa makanan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved