Tukin Tak Kunjung Cair Sejak 2020, Puluhan Dosen ISI Yogyakarta Gelar Aksi di Gedung Rektorat
Tuntutan itu disampaikan melalui aksi damai yang digelar di halaman gedung Rektorat ISI Yogyakarta, Senin (3/2/2025).
Penulis: Neti Istimewa Rukmana | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Puluhan dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta yang tergabung dalam Aliansi Dosen ASN Kemendiktisaintek (Adaksi) Wilayah Yogyakarta menuntut pemerintah untuk segera cairkan tunjangan kinerja (Tukin).
Tuntutan itu disampaikan di halaman gedung Rektorat ISI Yogyakarta, Senin (3/2/2025).
Koordinator Adaksi Wilayah Yogyakarta sekaligus Dosen Prodi Musik ISI Yogyakarta, Titis Setyono Adi Nugroho, mengatakan selama tahun 2020 sampai sekarang, Tukin seluruh dosen ASN dari Kemendiktisaintek belum kunjung cair.
"Sebetulnya dari tahun 2014 (Tukin tak kunjung cair). Hanya saja, nomenklatur yang terbaru itu dari tahun 2020. Jadi, kami menuntut dari tahun 2020 untuk dibayarkan," jelasnya kepada awak media.
Titis menyampaikan bahwa Tukin sendiri sebenarnya memiliki ragam manfaat, berupa sarana kinerja untuk penelitian hingga kegiatan-kegiatan dosen yang lain.
Di mana, sebenarnya kegiatan tersebut digelar dengan menggunakan dana pribadi masing-masing dosen.
"Dan ini sebagai informasi saja, selama ini dosen itu dibayar hanya gaji pokok dan uang lauk pauk. Kalau di Jogja, nominalnya itu hampir UMR atau mendekati UMR. Masih rata-rata UMR, kalau di luar atau di wilayah lain, itu benar-benar di bawah UMR sekali," urai dia.
Di ISI Yogyakarta sendiri ada sekitar 400 sampai 500-an dosen dengan kondisi Tukin belum cair.
Sedangkan di seluruh Indonesia ada sekitar 88.299 dosen dengan kondisi Tukin belum cair.
"Maka, kami minta untuk skema tiga yang dibayarkan, bukan skema satu dengan seharga Rp2,5 triliun. Dan ini kita menuntut Rp8 triliun. Itupun masih 14 bulan, jadi kami menuntut lebih dari itu sebetulnya," urai Titis.
Baca juga: Polemik Pameran Yos Suprapto, Dekan ISI Yogyakarta: Kalau Ada yang Keberatan, Komunikasikan Saja
Sedangkan, besaran pencarian Tukin untuk masing-masing dosen ASN di Indonesia diberikan sesuai dengan kelas jabatan.
Di mana, untuk asisten ahli sekitar Rp5 jutaan, rektor sekitar Rp8 juta, hingga guru besar sekitar Rp13 juta.
"Jadi untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, pasti macem-macem. Pokoknya, kami dosen ini banyak sambilannya. Ada yang event organizer, ada yang dia buka catering, ada yang nyambi lain. Jadi mereka tidak pyur hanya menjabat sebagai dosen (untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari)," ujarnya.
Dikatakannya, aksi tuntutan soal pencarian Tukin ini digelar serentak di Indonesia. Di mana, pusatnya ada di Jakarta.
Lalu, apabila di kemudian hari Tukin itu tidak kunjung cair, maka pihaknya akan melakukan aksi mogok kerja dalam jangka waktu tertentu.
Dies Natalis ke-41 ISI Yogyakarta, Pesta Rakyat Hadirkan 280 Seniman dan Sinden Elisa Orcarus |
![]() |
---|
Dosen FISIP UNY Beri Pelatihan Guru Geografi Bikin Peta Digital |
![]() |
---|
Dosen UGM Tekankan Transparansi dan Audit Sosial tentang Kenaikan Bantuan Dana Parpol |
![]() |
---|
Dosen UGM: Angka Pengangguran Turun Tak Berarti Kondisi Pasar Naker Membaik |
![]() |
---|
Dosen UMY Dorong Generasi Muda Miliki Rencana Keuangan Jangka Panjang Agar Tak Terjebak Paylater |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.