Polemik Pameran Yos Suprapto, Dekan ISI Yogyakarta: Kalau Ada yang Keberatan, Komunikasikan Saja

Acara pameran tunggal Yos Suprapto menjadi pembicaraan lantaran penundaannya disebut terkesan penuh tekanan.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
DOK. Indoartnow.com
Lukisan karya Yos Suprapto “Matahari Kembar di Ibukota” (2017). Foto diambil dari arsip dokumentasi Pameran Seni Rupa “Arus Balik Cakrawala” (2017) Jakarta oleh indoartnow. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pameran tunggal seniman Yos Suprapto di museum seni Galeri Nasional Indonesia, Kamis (19/12/2024) terpaksa ditunda.

Galeri Nasional mengakui ada kendala teknis yang tidak dapat dihindari.

Adapun acara pameran tunggal Yos Suprapto menjadi pembicaraan lantaran penundaannya disebut terkesan penuh tekanan.

Saat hendak pembukaan acara, pameran tiba-tiba tak bisa digelar karena adanya kendala teknis berupa lima karya dari 30 lukisan diminta diturunkan, tapi Yos Suprapto menolak.

Pengunjung pameran tunggal Yos Suprapto yang telah hadir pada 19 Desember 2024 malam pun tak bisa memasuki area pameran karena pintu masuknya dikunci.

Menanggapi hal tersebut, Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia (FSRD ISI) Yogyakarta, Muhamad Sholahuddin, S.Sn., M.T menjelaskan, karya seni memang memiliki pemaknaan yang banyak, termasuk di aspek sosial maupun politik.

“Kalau (pemaknaan) itu berimbas pada suatu pihak dan pihak itu keberatan, saya kira itu wajar (keberatan) dan apa yang menjadi keberatan, dikomunikasikan saja,”  katanya ditemui Tribun Jogja di Yogyakarta, Jumat (20/12/2024).

Baca juga: PROFIL dan ARSIP FOTO Lukisan Seniman Yos Suprapto

Adin, begitu ia kerap disapa mengatakan, kurator dari pameran tersebut, Suwarno Wisetrotomo memang merupakan dosen FSRD ISI Yogyakarta.

Namun, hubungan Suwarno dengan Galeri Nasional maupun Yos Suprapto, tidak berhubungan secara langsung dengan ISI Yogyakarta.

“Sebenarnya, saya sendiri belum menanyakan hal tersebut kepada Pak Warno dan teman-teman seni rupa lain. Nanti akan kami tanyakan, sebenarnya seperti apa. Kami tanyakan dalam konteks itu. Saya sendiri tidak berani komentar kalau belum dengar dari yang bersangkutan,” jelas dia.

Ia kemudian menekankan, jika memang ada hal yang diberatkan, ada baiknya dikomunikasikan saja.

“Segala sesuatu, dasarnya itu kan komunikasi agar kesepakatan itu menguntungkan dua belah pihak,” jelas Adin.

Adin juga menjelaskan, yang bertanggung jawab atas isi pameran itu adalah kurator, termasuk tema yang disampaikan kepada masyarakat.

“Ketika itu dibaca oleh masyarakat, apapun isinya, yang kemudian imbasnya seperti apa, atau karena politik dan sebagaiknya, itu menjadi tanggung jawab kurator,” tukasnya. (*)

 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved