Tahapan Pembangunan Jogja Planning Gallery Dikebut, Fokus Tahun Ini pada Kajian HIA

Seluruh pembangunan di kawasan Sumbu Filosofi harus memenuhi kajian HIA untuk memastikan tidak merusak nilai-nilai pusaka.

TRIBUNJOGJA.COM/ HANIF SURYO
Sekda DIY, Beny Suharsono didampingi Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Energi, dan Sumber Daya Mineral (PUESDM) DIY, Anna Rina Herbranti. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pembangunan Jogja Planning Gallery (JPG) yang berlokasi di kawasan Sumbu Filosofi, Malioboro, Yogyakarta, terus berproses secara bertahap.

Setelah menyelesaikan perumusan konten pada tahun 2024, pada tahun 2025 ini fokus diarahkan pada pemenuhan syarat Herritage Impact Assesment (HIA) atau Analisis Dampak Pusaka.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Energi, dan Sumber Daya Mineral (PUESDM) DIY, Anna Rina Herbranti, menjelaskan pentingnya kajian HIA usai mengikuti Rapat Teknis JPG bersama Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, di Gedhong Gadri, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Selasa (21/1).

“HIA adalah kajian untuk menilai dampak pembangunan terhadap nilai-nilai penting kawasan. Ini menjadi langkah awal sebelum penyusunan Detail Engineering Design (DED) interior JPG,” jelas Anna.

Ia menambahkan, seluruh pembangunan di kawasan Sumbu Filosofi harus memenuhi kajian HIA untuk memastikan tidak merusak nilai-nilai pusaka.

Selain itu, waktu pembangunan JPG juga akan menyesuaikan dengan kepindahan kantor DPRD DIY ke gedung baru, karena lokasi JPG akan dibangun di atas lahan bekas Teras Malioboro 2 dan kantor DPRD DIY saat ini.

“Tadi Ngarsa Dalem (Sri Sultan HB X) menyampaikan bahwa jika memungkinkan, pembangunan dapat dipercepat selama anggaran tersedia,” ungkap Anna.

Baca juga: Lahan Eks Teras Malioboro 2 Dikembalikan ke Pemda DIY, Bakal Dibangun Jogja Planning Gallery

Rencana bangunan JPG akan mengacu pada hasil sayembara desain yang digelar Pemda DIY pada 2022.

Gubernur DIY telah mengarahkan agar hasil karya dari tiga pemenang sayembara diharmonisasikan untuk diwujudkan pada fasad JPG.

Sementara itu, Sekretaris Daerah DIY, Beny Suharsono, menuturkan bahwa JPG tidak hanya akan menjadi bangunan yang menampilkan konsep keberlanjutan Yogyakarta, tetapi juga menggambarkan falsafah hidup Jogja, Hamemayu Hayuning Bawono.

“Isi JPG akan menceritakan alur kehidupan manusia, mulai dari lahir hingga harapan masa depan. Ini akan menjadi sumber informasi yang memperkenalkan falsafah tersebut kepada masyarakat lokal maupun internasional,” ujar Beny.

Ia juga memastikan bahwa tahapan pembangunan JPG akan terus berjalan tanpa penundaan.

Reposisi kegiatan pembangunan akan dilakukan agar lahan eks-Teras Malioboro 2 tidak dibiarkan kosong terlalu lama setelah kantor DPRD DIY pindah.

Konten Berbeda dan Edukatif

Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, menambahkan bahwa nama resmi JPG masih dalam proses pertimbangan.

Ia berharap JPG nantinya tidak hanya menjadi destinasi wisata, tetapi juga pusat pembelajaran.

“Konten JPG akan merepresentasikan transformasi dari masa lalu menuju masa kini dan masa depan, dimulai dari era Sri Sultan Hamengku Buwono I. Tentu isinya berbeda dengan diorama arsip Jogja di DPAD, Museum Sonobudoyo, atau Benteng Vredeburg,” jelas Dian.

Pemerintah Daerah DIY optimistis JPG akan menjadi ikon baru yang memperkuat nilai sejarah dan budaya Jogja, sekaligus memberikan manfaat edukasi bagi masyarakat luas. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved