Pemuda Buddhis Beri Ucapan Pertama di Acara Tanam Pohon, Sri Sultan HB X : Surprise Bagi Saya
Di sela kegiatan tersebut, ada hal yang membuat Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X merasa terkejut.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Muhammad Fatoni
Untuk diketahui, mengawali tahun 2025, Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, mengajak putri sulung, GKR Mangkubumi, berikut cucu dan para pemuda organisasi lintas iman menanam pohon di Nawang Jagad, Kaliurang, Kabupaten Sleman.
Pohon yang ditanam beragam, mulai dari Pohon Kepel, Sawo Kecik hingga Pronojiwo.
Kegiatan bertajuk air untuk masa depan peradaban ini sengaja melibatkan organisasi kepemudaan, dengan harapan menumbuhkan kesadaran bersama dan menyebarluaskan gerakan baik tersebut.
Ada 7 organisasi kepemudaan lintas iman yang hadir dalam gerakan penanaman pohon ini. Antara lain Gerakan Pemuda Ansor, Pemuda Muhammadiyah, Pemuda Katolik, Pemuda Kristen (GAMKI), Pemuda Budha (Gemabudhi), Pemuda Hindu (Peradah) dan Pemuda Konghucu (Gemaku).
Hadir pula Taprof Bidang Ideologi Lemhannas RI AM Putut Prabantoro serta Herman Handoko, Ichwan Peryana dan Muhammad Fauzi Purnama yang ketiganya adalah mitra GP Ansor.
Menariknya dalam kegiatan tersebut, ucapan pertama sekaligus memimpin doa, dilakukan oleh Ketua Umum DPP Generasi Muda Buddhis, Bambang Patijaya. Hal ini membuat Sultan merasa terkejut karena anak-anak muda menjujung tinggi toleransi.
Kegiatan penanaman pohon ini sendiri bagian dari upaya menjaga kelestarian lingkungan untuk merawat air demi menjamin masa depan.
Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Datu Dana Suyasa, Keraton Yogyakarta, GKR Mangkubumi mengatakan, sesuai yang disampaikan Ngarso Dalem, air di Yogyakarta kondisinya sudah sangat berkurang, terutama pasca erupsi gunung Merapi tahun 2010.
Sebab, selain membuat aliran sungai banyak yang tertutup lahar, erupsi merapi yang cukup besar juga menyebabkan kerusakan di lereng gunung, banyak pohon yang mati ditambah aktivitas pertambangan dan pencemaran sehingga sumber air bersih berkurang.
"Memang tidak bisa dipungkiri, pasirnya Merapi luar biasa tapi bukan berarti berkah dari Tuhan itu, dari Gunung itu untuk (dinikmati) diri sendiri. Bagaimana dengan warga. Warga juga memerlukan air, lingkungan sehat, udara yang baik. Kita ingin mengajak bersama sama saling menjaga alam, menjaga bumi lebih baik," ujar Mangkubumi.
Saat ini, kata dia, Keraton Ngayogyakarta sedang berupaya melakukan penataan di dua kawasan. Yaitu di lereng gunung Merapi dan juga di Pantai Parangtritis atau Parangkusumo.
Di kawasan Pantai Selatan ditata kembali untuk mengembalikan gumuk pasir yang kondisinya semakin terkikis.(*)
Pengawas Dinkes Sleman Sebut Aspek Penyebab Keracunan MBG di Berbah: Makanan Tidak Segera Dimakan |
![]() |
---|
Dinkes DIY Perketat Pengawasan MBG seusai 137 Pelajar di Berbah Sleman Jadi Korban Keracunan |
![]() |
---|
Marak Keracunan MBG, Dinkes Gunungkidul Bereaksi, Orang Tua Khawatir: Anak Kami Jadi Taruhannya |
![]() |
---|
Keracunan MBG Pelajar di DIY, Ombudsman: Program Nyaris Tanpa Pengawasan, Pelanggaran Nir Sanksi |
![]() |
---|
Begini Kegiatan Belajar di SMPN 3 Berbah Sleman Pascainsiden Ratusan Siswa Keracunan Diduga MBG |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.