16 Sapi Mati Akibat PMK di Sleman

data kasus hingga 6 Januari 2025, jumlah ternak terjangkit penyakit PMK di Kabupaten berjumlah 457 ekor.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Hari Susmayanti
Dok Pemkab Sleman
Plt Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, Ir Suparmono bersama Satgas antisipasi penularan penyakit mulut dan kuku (PMK) tempo hari meninjau hewan ternak yang masuk di pasar hewan Ambarketawang. 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau foot and mouth disease yang menyerang ternak berkuku belah kembali muncul dan perlu menjadi kewaspadaan.

Sebab, penyakit yang disebabkan Aphthovirus itu dapat menular ke hewan lain dengan cepat.

Di Kabupaten Sleman, ada belasan ekor ternak sapi yang dilaporkan mati akibat terjangkit penyakit menular ini. 

Plt. Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman, Ir. Suparmono mengatakan data kasus hingga 6 Januari 2025, jumlah ternak terjangkit penyakit PMK di Kabupaten berjumlah 457 ekor.

Dari jumlah tersebut, 206 ternak dinyatakan sembuh, 16 ekor mati dan 3 ekor dimusnahkan.

Sedangkan jumlah ternak yang masih sakit berjumlah 232 ekor.

Kematian ternak akibat PMK di Sleman mayoritas Sapi dan tersebar di beberapa wilayah, di antaranya Umbulharjo, Jogotirto hingga Tlogoadi.

 Jumlah kematian ternak akibat PMK ini terus bertambah. Sebab, kasus kematian sapi sebenarnya sudah terjadi sejak bulan Mei, Juli, September, Oktober dan Desember tahun lalu. 

Baca juga: Wabah PMK di Gunungkidul Tembus 893 Kasus, 63 Ekor Mati

"Tapi baru dilaporkan oleh peternak bulan Januari ini, sehingga petugas Kesehatan Hewan juga baru melaporkan ke isikhnas bulan Januari ini," kata Suparmono, Selasa (7/1/2025). 

Sejauh ini, Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Sleman telah melakukan serangkaian tindakan pengendalian.

Antara lain dengan pemberian vaksinasi.

Kemudian bekerjasama dengan BBvet Wates untuk peningkatan surveilans, investigasi, pengambilan sampel, pengujian untuk mengidentifikasi sumber penularan, factor resiko, dan epidemiologi penyakit maupun penyebab kematian ternak. 

Petugas di lapangan juga telah meningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kepada para peternak untuk meningkatkan biosecurity pada kandang-kandang ternak.

Apabila ditemukan hewan sakit, maka peternak diminta segera melaporkan dan kandang ditutup sementara. Edukasi PMK juga dilakukan terhadap para pedagang ternak di pasar hewan.

"Kami juga monitoring lalu lintas keluar-masuknya ternak, baik di Pasar hewan Ambarketawang maupun di kandang-kandang kelompok," kata dia.(rif) 

 

 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved