Jalan Yogyakarta-Wonosari Km 15 Longsor Akibat Hujan Deras

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah memberikan peringatan dini dampak intensitas hujan lebih tinggi hingga Februari sampai Maret

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
(Dok Polsek Piyungan)
Bahu jalan Yogyakarta-Wonosari Km.15, Kapanewon Piyungan, Bantul, DI Yogyakarta longsor. Sabtu (14/12/2024). 

 

Tribunjogja.com Yogyakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah memberikan peringatan dini dampak intensitas hujan lebih tinggi hingga Februari sampai Maret 2025.

Dampak yang bisa terjadi seperti bencana tanah longsor, banjir hingga angin kencang.

Seperti yang terjadi di Yogyakarta, akibat hujan deras jalan Yogyakarta-Wonosari Km 15, Kapanewon Piyungan, Bantul mengalami longsor pada Sabtu (14/12/2024). 

"Kejadiannya sekitar pukul 11.30 WIB. Setelah dicek, tanah mengalami longsor sepanjang sekitar 25 meter," ungkap Kapolsek Piyungan, AKP Amir Machmud, saat dihubungi wartawan melalui telepon dikutip Tribunjogja dari kompas.

Namun jalur  masih dapat dilalui kendaraan dengan aman.  Amir menduga bahwa kerusakan pada bahu jalan tersebut disebabkan hujan deras yang berlangsung sejak pagi hari. 

Ia menambahkan, petugas telah memasang barier untuk mengantisipasi pengendara, dengan lebar jalan yang terpasang barrier sekitar 75 centimeter.

Fenomena Lanina

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, Makwan mengatakan, BMKG telah memberikan peringatan terutama awal hingga pertengahan Desember 2024 ada fenomena lanina. 

Fenomena tersebut membuat intensitas hujan lebih tinggi hingga Februari sampai Maret 2025.

Ia menyebut hampir setiap hari selama musim hujan ada kejadian kedaruratan yang ditimbulkan oleh hidrometeorologi cuaca.

Namun yang kejadian kedaruratan yang paling parah adalah angin kencang, sebab tidak hanya menimbulkan korban luka berat seperti yang terjadi di Purwomartani beberapa waktu lalu.

“Fenomena cuaca ekstrem ini menimbulkan dampak yang luas bagi masyarakat. Apalagi ada dampak yang korban jiwa, luka-luka, ini menjadi penting. Termasuk kerusakan-kerusakan fasilitas umum,” katanya dalam Dialog Pembangunan.

Untuk melakukan mitigasi bencana pihaknya melakukan penguatan kapasitas masyarakat, penguatan kelembagaan kebencanaan di tingkat kapanewon, kalurahan, dan kelembagaan lain. Termasuk dilakukan penguatan kawasan, misalnya penguatan tebing di Prambanan untuk antisipasi longsor.

Dalam penanganan bencana, mengenali ancaman sangat penting untuk mengurangi risiko. Untuk itu, banyak program mitigasi dan kesiapsiagaan di tingkat masyarakat, mulai dari sekola, relawan, kalurahan, kapanewon, hingga kabupaten. 

“Ada mitigasi fisik, pasti butuh anggaran banyak, tergantung ancaman yang akan diterima. Selain itu ada mitigasi non fisik, dalam bentuk dokumen, salah satunya rencana pembangunan daerah (RPB), sudah diupdate tahun ini, rencana penanggulangan bencana, memotret ancaman bencana ke depan,” terangnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved