Bus Listrik DIY Siap Beroperasi Penuh di Tahun 2025, Tarif Dipastikan Tetap Terjangkau
Daerah Istimewa Yogyakarta semakin memperkuat komitmennya untuk menciptakan kota yang lebih hijau dan berkelanjutan
Penulis: Hanif Suryo | Editor: Hari Susmayanti
Paniradya Pati Kaistimewan, Aris Eko Nugroho, menjelaskan bahwa dengan dukungan Dana Keistimewaan, biaya pengadaan dua unit bus listrik beserta infrastrukturnya mencapai sekitar Rp7,4 miliar.
Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) untuk pengisian daya bus listrik ini telah selesai dibangun dan terletak di Lapangan Parkir Bandara Adisutjipto.
"Bus listrik ini masih dalam tahap uji coba. Harapannya, kedua bus ini menjadi contoh, kemudian dievaluasi lebih lanjut. Proses ini harus melalui evaluasi, kajian, dan tindakan lebih lanjut. Kita tidak langsung membeli banyak bus, karena kita harus menyiapkan semuanya, termasuk tempat pengisian daya. Oleh karena itu, pada tahun 2025, belum ada rencana pengadaan bus listrik tambahan. Proses evaluasi ini akan menentukan apakah kami akan mengusulkan lagi pada tahun 2026," jelas Aris.
Aris menambahkan bahwa pengadaan bus listrik ini terkait erat dengan filosofi Hamemayu Hayuning Bawana, yang menekankan pentingnya melindungi alam dan menjaga keharmonisan antara manusia dan bumi.
Rute, Kapasitas, dan Waktu Pengisian
Wulan Sapto Nugroho, menambahkan bahwa dua unit bus listrik ini akan mendukung terwujudnya Low Emission Zone di kawasan Sumbu Filosofi.
Untuk itu, bus-bus listrik ini akan melayani rute yang mendukung angkutan umum perkotaan Trans Jogja, terutama bagi masyarakat yang menuju kawasan Malioboro.
Hingga kini, rute pasti pengoperasian kedua bus listrik ini masih dalam tahap uji coba. Selama masa uji coba, terdapat tiga alternatif rute yang diuji coba, yaitu dari Bandara Adisutjipto menuju Malioboro, dari Ngabean ke utara lewat Pasar Kranggan dan Tugu, serta dari Malioboro menuju Timur Kota Baru, UKDW, Mall Galeria, dan Tugu Pal Putih.
Wulan menjelaskan bahwa pengisian daya bus listrik membutuhkan waktu antara 1 hingga 1,5 jam untuk mencapai penuh.
Masing-masing bus listrik memiliki kapasitas maksimal 28 penumpang, dengan 18 kursi duduk dan 10 kapasitas berdiri.
"Bus listrik kami memiliki kapasitas duduk 18 dan kapasitas berdiri 10. Ini sudah maksimal karena semakin berat, konsumsi baterai juga akan semakin besar," ujar Wulan.
Warna bus listrik yang berwarna ungu dipilih untuk membedakan bus ini dengan yang lainnya, serta agar masyarakat lebih cepat mengenalinya.
Bayu Dwi Purwanto, salah satu sopir bus listrik yang bertugas dalam uji coba, menjelaskan bahwa secara operasional, bus listrik ini nyaman, bebas polusi, dan praktis untuk dikendarai.
Bus listrik ini dapat menempuh jarak sekitar 160 kilometer dalam satu putaran rute sebelum perlu diisi daya kembali.
Dalam satu kali putaran, bus ini hanya mengkonsumsi 11 hingga 12 persen daya baterai.
"Perjalanan sekitar 160 kilometer, dan perlu dicharge kembali. Jika seharian, bus ini bisa menempuh 5-6 kali putaran," ungkap Bayu.
Dengan berbagai upaya ini, Yogyakarta berkomitmen untuk menyediakan solusi transportasi yang lebih efisien dan ramah lingkungan, serta mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan di masa depan.(*)
Trans Jogja Dikeluhkan Turunkan Penumpang Sebelum Tujuan Akhir, Dishub DIY Klarifikasi |
![]() |
---|
Inovasi AI 'LANTIP' dari Dishub DIY, Diklaim Bisa Tekan Pelanggaran Kecepatan hingga 61 Persen |
![]() |
---|
Dishub DIY Tunggu Izin Kraton, Relokasi Pedagang dan Jukir TKP Abu Bakar Ali ke Menara Kopi Tertunda |
![]() |
---|
Dishub DIY Soroti Operasional Ilegal Bajaj Maxride, Peringatkan Pengelola Hentikan Layanan |
![]() |
---|
Inilah Penampakan Bus Listrik Yogyakarta yang Tak Lagi Layani Rute Bandara |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.