Buntut Darurat Militer Korsel, Presiden Yoon Suk Yeol Didesak Mundur atau Dilengserkan

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol telah meminta maaf karena mengumumkan darurat militer awal minggu ini.

Penulis: Joko Widiyarso | Editor: Joko Widiyarso
AFP Photo
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol 

Pada aksi protes besar-besaran di luar gedung parlemen, massa meneriakkan agar mereka kembali masuk dan ikut memberikan suara.

Meskipun beberapa anggota parlemen partai akhirnya kembali ke majelis, rancangan undang-undang itu tampaknya akan mencapai 200 anggota sebagai syarat untuk meloloskannya, yang harus mencakup delapan anggota partai Yoon sendiri.

Proses pemungutan suara dihentikan hingga tengah malam untuk memberi waktu bagi para politisi untuk mengakhiri boikot mereka.

Sementara itu, RUU penasihat khusus yang mengusulkan penyelidikan terhadap ibu negara Kim Keon-Hee gagal dengan selisih dua suara.

Harus dilengserkan 

Pemimpin oposisi Lee Jae-myung mengatakan dia kecewa dengan komentar Presiden Yoon pada hari Jumat.

Menurutnya, komentar tersebut hanya akan memicu kemarahan yang lebih besar dan pengkhianatan publik.

Lee menambahkan bahwa dia akan melakukan yang terbaik untuk melengserkan presiden dari jabatannya.

"Risiko terbesar yang dihadapi Korea Selatan saat ini adalah keberadaan presiden."

Bukan hanya politisi yang marah dengan tindakan Yoon.

Bukan lagi presiden

Yang Soonsil, 50 tahun, adalah pemilik toko makanan laut di pasar Namdaemun di ibu kota Korea Selatan, Seoul. 

Ia mengatakan kepada BBC bahwa ia merasa takut dan tidak percaya ketika darurat militer diberlakukan.

"Saya sudah kehilangan kepercayaan penuh kepadanya (Yoon) sebagai presiden. Saya rasa dia bukan lagi presiden saya," ungkapnya.

"Kita harus berjuang sampai akhir, kita tidak bisa membiarkan dia mempertahankan jabatannya sebagai presiden."

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved