Pilkada Kota Yogya 2024

Dihujani 'Wadulan' Anak Muda Terkait UMK Rendah, Ini Respons Calon Wawali Kota Yogya Supena

Calon Wakil Wali Kota Yogya, Sri Widya Supena dihujani berbagai keluhan anak-anak muda yang berkumpul di agenda 'Wadul Mas Gundul'

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Hari Susmayanti
Tribun Jogja/Azka Ramadhan
Suasana agenda 'Wadul Mas Gundul', di Angkringan Pendopo Dalem, Kraton, Kota Yogya, Rabu (13/11/2024) malam. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Calon Wakil Wali Kota Yogya, Sri Widya Supena dihujani berbagai keluhan anak-anak muda yang berkumpul di agenda 'Wadul Mas Gundul', Rabu (14/11/2024) malam.

Salah satu keluhan yang paling marak adalah soal rendahnya Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) yang membuat para pekerja belia kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menyikapi desakan tersebut, Supena pun menyoroti pentingnya kajian ulang terhadap survei kebutuhan hidup layak (KHL), sebagai upaya untuk meningkatkan UMK Yogyakarta. 

Sebagai informasi, pada 2024, UMK Kota Yogya masih Rp2.492.997 dan sangat jauh dari survei KHL, yang lebih kurang menyentuh Rp4 jutaan.

"Kami berharap dewan pengupahan dapat memiliki bergaining yang lebih kuat untuk mengkaji lebih serius survei KHL ini," ungkapnya.

Baca juga: Paslon Saling Cecar Soal Sampah di Debat Pertama Pilkada Kota Yogya 2024

Menurutnya, hasil kajian yang lebih mendalam bakal menjadi dasar yang kuat, dalam rangka mendorong kenaikan UMK yang lebih signifikan.

Namun, Supena mengakui, bahwa kenaikan UMK tidak dapat dilakukan secara instan, meski dari tahun ke tahun tren di Kota Yogya terus terkerek naik.

"PaSca 2015 kita cuma Rp1,5 juta, sekarang sudah Rp2,3 juta. Memang kenaikannya tidak bisa langsung signifikan, rata-rata kan 4-10 persen, yang penting ngga kalah sama inflasi," urainya.

Selain mendorong peningkatan UMK, ia juga mengajak generasi muda untuk lebih kreatif dalam mencari sumber pendapatan tambahan.

Dengan demikian, walaupun kenaikan UMK belum signifikan, masyarakat, terutama anak-anak muda, dapat tetap memenuhi kebutuhan hidupnya.

"Salah satu solusinya, ya anak-anak muda diajak nyari revenue lain, dari bisnis sampingan misalnya. Nanti bareng-bareng kita berpikir bagaimana carannya mencari penghasilan tambahan," pungkasnya. 

Upah murah selama ini memang menjadi isu kompleks di Yogyakarta dan perlu berbagai pertimbangan, baik dari segi ekonomi maupun sosial. 

Otomatis, komitmen dari pemerintah daerah dan berbagai pihak terkait sangat diharapkan, untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja di Yogyakarta. (aka)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved