UMKM Sleman Kolaborasi dengan Fapet UGM Terapkan Pengemasan Retort, Buat Jadah Abon Tempe Tahan Lama

Program tersebut merupakan pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan masa simpan produk pangan lokal.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA/Istimewa
Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada (UGM) kolaborasi dengan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Sleman untuk menerapkan pengemasan retort guna meningkatkan masa simpan produk jadah abon tempe 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada (UGM) kolaborasi dengan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Sleman untuk menerapkan pengemasan retort guna meningkatkan masa simpan produk jadah abon tempe.

Program tersebut merupakan pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan masa simpan produk pangan lokal.

Adapun program itu digelar di Sentra Industri Jadah Tempe, Kaliurang, Hargobinangun, Sleman beberapa waktu lalu.

Program ini dipimpin oleh Dr. Ir. Endy Triyannanto, S.Pt., M.Eng., IPM., ASEAN Eng., bersama tim dari UGM.

Program didanai oleh Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat UGM sebagai bagian dari upaya untuk memfasilitasi pengembangan teknologi tepat guna yang dapat diterapkan pada UMKM di Yogyakarta.

“Jadah tempe sebagai makanan khas Sleman terbuat dari kombinasi ketan dan tempe bacem. Namun, permasalahan utama yang dihadapi oleh UMKM produsen jadah tempe adalah masa simpan produk yang relatif singkat sehingga membatasi jangkauan pasarnya. Untuk mengatasi kendala tersebut, tim UGM memperkenalkan metode pengemasan retort sebagai solusi yang inovatif,” kata Endy kepada wartawan, Rabu (16/10/2024).

Dia menjelaskan metode pengemasan retort menggunakan teknologi sterilisasi panas pada suhu tinggi sehingga memungkinkan produk tahan hingga satu tahun.

Baca juga: Pakar UGM Sebut Indonesia Alami Kemunduran Demokrasi jika PDIP Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Teknik ini sangat cocok untuk memperpanjang masa simpan produk-produk makanan tanpa menggunakan bahan pengawet kimia.

Selain itu, tim juga memperkenalkan penggunaan pengemasan vakum sebagai langkah awal sebelum sterilisasi untuk meminimalkan kandungan oksigen dalam kemasan yang membantu menjaga kualitas dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme.

Menurut Endy, inovasi ini diharapkan dapat mengatasi tantangan utama yang dihadapi UMKM dalam menjual jadah tempe sebagai oleh-oleh khas Yogyakarta.

“Dengan menggunakan metode pengemasan retort, jadah tempe dapat bertahan lebih lama sehingga dapat dipasarkan secara lebih luas dan menjadi oleh-oleh yang tahan lama. Kami berharap ini dapat membantu meningkatkan daya saing produk lokal di pasar modern,” ungkap dosen dari Laboratorium Ilmu dan Teknologi Daging Fapet tersebut.

Program ini tidak hanya bertujuan untuk memperpanjang masa simpan, tetapi juga untuk menambah nilai gizi dengan menambahkan abon sebagai sumber protein hewani.

Produk baru yang dihasilkan yakni jadah abon tempe diproyeksikan akan menarik lebih banyak konsumen, terutama dari kalangan wisatawan yang mencari produk olahan tradisional yang praktis dan bernilai gizi.

Selain jadah tempe, ada rencana untuk mengembangkan varian produk lain dengan memanfaatkan bahan pangan bernutrisi baik seperti abon yang akan dipromosikan sebagai bagian dari upaya pelestarian kuliner tradisional Yogyakarta. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved