Mengenal KWT Srikandi Mrican Binaan UGM, Jadi Tempat Belajar Dinas Pertanian di Indonesia
Di tengah Kota Yogyakarta yang hiruk pikuk, ada KWT Srikandi Mrican yang memanfaatkan lahan untuk ditanami beragam tanaman
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Di tengah Kota Yogyakarta yang hiruk pikuk, ada Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikandi Mrican yang memanfaatkan lahan untuk ditanami beragam tanaman.
KWT Srikandi Mrican merupakan percontohan usaha ketahanan pangan di perkotaan yang dikelola oleh sebagian masyarakat bukan petani.
Bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM), mereka tidak hanya menanam tetapi juga mengolah hasil pertanian.
Berdiri pada tanggal 26 Desember 2014, KWT Srikandi Mrican telah meraih 50 kejuaraan dan penghargaan, dan salah satu yang terbaik adalah menempati posisi lima nasional untuk Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang diselenggarakan Kementerian Pertanian di tahun 2021 untuk kriteria urban farming.
Tidak mengherankan jika lokasi ini seringkali menjadi tempat untuk belajar pemanfaatan secara optimal budidaya pertanian dan peternakan pada lahan terbatas.
Mereka yang pernah berkunjungan diantaranya komunitas petani dari Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, KWT-KWT di Sleman, Klaten, Sukoharjo, Banyumas, Magetan, SMA Muhammadiyah Godean, TK, dan anak-anak PAUD.
Terkini, sebanyak 22 orang rombongan dari Dinas Pertanian Kabupaten Hulu Tengah, Kalimantan Selatan melakukan kunjungan ke demplot KWT Srikandi Mrican.
Dalam kunjungan yang dimulai dari Kamis (3/10/2024), rombongan melihat pemanfaatan lahan terbatas di perkotaan untuk budidaya aneka tanaman, peternakan dan perikanan.
Nurhandayani, Ketua KWT Srikandi Mrican menjelaskan KWT itu berdiri atas prakarsa Sumardji selaku Kepala Dukuh Mrican, Catur Tunggal, Depok Sleman dan kini beranggotakan 54 orang.
Dengan lahan seluas 540 meter persegi, Demplot KWT Srikandi Mrican ditanami berbagai jenis tanaman sayuran, buah-buahan, apotek hidup, peternakan dan perikanan.
“Demplot ini berasal dari tanah kas Desa Catur Tunggal dipinjamkan kepada kami untuk berkarya, untuk ditanami. Ada juga budidaya lele, budidaya madu lanceng, budidaya tanaman hias, hidroponik, peternak ayam,” katanya.
Baca juga: Pemuda Asal Kulon Progo Wakili DIY di Ajang Pemuda Pelopor Nasional 2024
Nurhandayani mengatakan kelangsungan KWT Srikandi Mrican bermodalkan semangat dan kerja keras.
Para anggota KWT sadar bila mereka bukan berasal dari petani tetapi berusaha menjadi petani untuk ketahanan keluarga.
Sebagian besar anggota KWT Srikandi adalah mereka yang tidak memiliki kebun dan sawah.
Bahkan, sebagian besar dari anggota adalah pengusaha kos-kosan. Sebab, lokasi KWT Srikandi dikelilingi beberapa perguruan tinggi diantaranya UGM, UNY, Sanata Dharma, Atmajaya dan beberapa hotel besar.
Pakar UGM Sebut Cuaca Ekstrem Perlu Dijawab dengan Tata Ruang Berbasis Mitigasi Bencana |
![]() |
---|
6 Transformasi Sawit Menuju Keberlanjutan Menurut Ahli Pangan UGM |
![]() |
---|
Benarkah Minyak Kelapa Sawit Tidak Sehat? Ini Kata Ahli Pangan |
![]() |
---|
UGM Ukur Kinerja Digital 508 Daerah, Inilah Daftar yang Jadi Terbaik |
![]() |
---|
Fenomena Job Hugging, Ini Alasan di Baliknya Menurut Guru Besar Fisipol UGM |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.