Mengenal KWT Srikandi Mrican Binaan UGM, Jadi Tempat Belajar Dinas Pertanian di Indonesia

Di tengah Kota Yogyakarta yang hiruk pikuk, ada KWT Srikandi Mrican yang memanfaatkan lahan untuk ditanami beragam tanaman

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA/Istimewa
KWT Srikandi Mrican Binaan UGM yang menjadi tempat belajar dinas pertanian di Indonesia 

“Sangat terbatas wilayah kami. Karenanya kami berusaha bekerjasama dengan UGM agar bisa membuat kami dilirik. Tidak hanya soal demplot tanaman, UGM juga membantu melakukan sosialisasi tentang sampah, pembuatan pupuk dan budidaya peternakan. Disini juga terkadang ada pelatihan, kuliah gratis tentang pertanian, semisal mengolah tanah, bagaimana membuat masa tanam untuk musim penghujan dan musim kemarau,” terangnya.

Nurhandayani merasa bersyukur keberadaan KWT Srikandi yang hampir berusia 10 tahun mampu meringankan biaya hidup masyarakat Mrican.

Setidaknya mampu mampu menghemat pengeluaran dalam pemenuhan untuk kebutuhan sehari-hari.

Ia mencontohkan untuk kebutuhan sayuran para anggota bisa memetik secara langsung.

Dengan seperti itu, mereka tidak perlu lagi keluar untuk belanja, dan bisa mendapatkan sayuran segar.

“Untuk kelangsungan KWT anggota tetap membayar, tapi dengan harga jauh dibawah harga pasar. Ini sudah seperti yang menjadi ketentuan Dinas Pertanian, KWT bisa menjual hasil panenan di bawah harga pasar terutama untuk anggotanya,” imbuhnya.

Budi Satriya Tanjung, S.P, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Hulu Tengah, Kalimantan Selatan sebagai ketua rombongan menyampaikan rasa terima kasihnya karena berkesempatan bisa melihat dan mengadopsi contoh-contoh baik untuk dibawa.

Menurutnya KWT Srikandi sebagai KWT yang maju sebab dianggap mampu memanfaatkan lahan pekarang secara optimal meskipun tidak luas.

“Sehingga KWT kami memang perlu dan cocok untuk berkunjung ke tempat ini dengan harapan mudah-mudahan apa-apa yang kami anggap baik di KWT Srikandi bisa diadopsi dan bisa kami terapkan di Kabupaten kami untuk meningkatkan kesejahteraan petani khususnya kelompok wanita tani yang ada di Kabupaten Hulu Tengah,” katanya.

Budi Satriya menyatakan 70 persen wilayah Hulu Tengah Kalimantan Tengah bergerak di bidang pertanian terutama sawah dan perkebunan karet.

Dikarenakan pertanian sebagai aktivitas yang mendominasi, makanya Dinas Pertanian Hulu Tengah ingin mensejahterakan petaninya dengan berbagai upaya.

“Karenanya kami mau belajar dari KWT Srikandi yang maju tanpa menunggu. Tanpa harus menunggu memang istilah yang bagus untuk KWT Srikandi karena tanpa menunggu bantuan bisa berdikari, dan tidak salah jika kami ingin meniru dalam mengelola pekarangan secara lestari dan bisa memanfaatkan lahan secara maksimal. Kami pingin tahu trik-trik yang bisa diterapkan di Hulu Tengah,” ungkapnya.

Dr. Dra. Rr. Upiek Ngesti W.A., B.Sc., DAP&E, M.Biomed selaku dosen pendamping dari Fakultas Biologi UGM mengatakan KWT Srikandi sebagai kegiatan di Dusun Mrican merupakan bentuk pengabdian UGM terkait kesehatan, pengenalan nyamuk vektor penyakit, berbagai pelatihan metoda petangkap nyamuk, demplot tanaman sayur dan herbal.

Dipilihnya dusun Mrican sebagai lokasi pengabdian karena adanya kesiapan ibu ibu terutama anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikandi dalam memanfaatkan lahansecara optimali agar berkelanjutan ditengah lingkungan sub-urban.

“Tanaman yang dipilih, adalah tanaman sayur untuk sehari-hari seperti terong, kobis, bunga kol, loncang, seledri, jipang, cabai, dan beberapa tanaman lain. Untuk TOGA ditanam kunyit, kencur, laos, sereh, jahe metah, jahe emprit, sambiloto, binahong dan lain-lain. Tanaman-tanaman tersebut tentunya sangat dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari sehingga dapat memenuhi keperluan para anggota KWT Srikandi,” ucapnya.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved