Hingga Agustus 2024, Tercatat 522 Kasus DBD Terjadi di Wilayah Sleman 

Tercatat sejak Januari hingga Agustus 2024, totalnya telah mencapai 522 kasus, dengan dua di antaranya meninggal dunia. 

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Muhammad Fatoni
Dok. Istimewa
ilustrasi Demam Berdarah 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman mengharap masyarakat senantiasa menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), baik di rumah maupun lingkungan. Hal ini untuk mengantisipasi penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD)

Sebab, penderita penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes aegypti ini terus bertambah di Sleman.

Tercatat sejak Januari hingga Agustus 2024, totalnya telah mencapai 522 kasus, dengan dua di antaranya meninggal dunia. 

"Untuk kasus DBD di Kabupaten Sleman, sampai dengan Agustus, 522 kasus. Meninggal dunia 2," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Sleman, dr. Khamidah Yuliati, Jumat (6/9/2024). 

Kasus DBD tertinggi di Sleman terjadi pada bulan Mei 2024 lalu. Selama satu bulan tercatat ada 115 kasus.

Adapun Kapanewon atau Kecamatan dengan temuan kasus terbanyak ada di Kalasan.

Masyarakat diimbau agar secara periodik terus melakukan pembersihan lingkungan, terutama bak kamar mandi dengan membuang air yang menggenang secara berkala. 

Kemudian melakukan 3M plus. Yaitu menguras tempat yang menjadi perindukan nyamuk.

Baca juga: Kasus Demam Berdarah Dengue di DI Yogyakarta Melonjak, 3 Pasien Meninggal

Menutup rapat tempat  penampungan air dan memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.

Selain itu, pencegahan DBD juga bisa dilakukan dengan perilaku hidup bersih dan sehat serta menjaga kebersihan di lingkungan.

Kepala Dinas Kesehatan Sleman, dr. Cahya Purnama sebelumnya mengungkapkan, walupun saat ini musim kemarau yang tidak ada genangan pascahujan, tetapi perindukan nyamuk bisa berkembang melalui genangan yang ada di dalam rumah.

Misalnya seperti tempat penampungan air maupun kolam di kamar mandi. 

Sebab itu, gerakan satu rumah satu jumantik (G1R1J) diluncurkan.

Dinas kesehatan juga akan meluncurkan satu kantor satu juru pemantau jentik (jumantik) maupun bagi gedung bertingkat satu lantai satu jumantik.

Gerakan tersebut saat ini mulai disosialisasikan kepada masyarakat dan akan diluncurkan tapi diawali dengan mengeluarkan surat edaran. 

"Bulan Agustus sebenernya sudah turun banyak. Hanya 12 kasus. Dibanding tiga bulan lalu yang bisa mencapai 125 kasus.Tapi ini perlu diwaspadai," kata dia.(*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved