Berita DI Yogyakarta Hari Ini

Terinspirasi Sumbu Filosofi Yogya, Batik Bernuansa Garis Imajiner Ini Ditampilkan di JFW 2024

Filosofi mendalam dari Sumbu Filosofi Yogyakarta pun menjadi inspirasi bagi Geralda Almira Pribadi (23) dalam merealisasikan deretan karya busananya.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Gaya Lufityanti
Tribunjogja.com/Azka Ramadhan
Batik berkonsep garis imajener atau Sumbu Filosofi Yogya karya Geralda Almira Pribadi, saat ditampilkan di ajang Jogja Fashion Week 2024, Minggu (25/8/24). 

TRIBUNJOGJA.COM - Garis imajiner Sumbu Filosofi Yogyakarta beberapa waktu lalu telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia loleh UNESCO.

Sumbu Filosofi Yogyakarta terdiri dari tiga komponen utama, meliputi Tugu Pal Putih, Kraton Yogyakarta, hingga Panggung Krapyak.

Filosofi mendalam dari Sumbu Filosofi Yogyakarta pun menjadi inspirasi bagi seorang desainer muda, Geralda Almira Pribadi (23) dalam merealisasikan deretan karya busananya.

Batik tulis yang menjadi produk utamanya itu, ditampilkan dalam ajang Jogja Fashion Week (JFW) 2024, di Jogja Expo Center, Minggu (25/8/24).

"Jadi, saya merepresentasikan garis imajiner Yogya, yang menghubungkan Gunung Merapi, Tugu, Keraton, Panggung Krapyak dan Laut Selatan," katanya.

Almira mengatakan, tarikan garis imajiner tersebut menjadi bagian tak terpisahkan dari konsep kosmologi masyarakat Jawa.

Yakni, dalam melihat kehidupan sebagai wujud dari hubungan sinergi harmonis antara dua sumber kekuatan yang diwakili oleh Gunung Merapi dan Laut Selatan.

"Itu coba saya representasikan dalam setiap koleksi. Misal, ada look yang memiliki lengan bergelombang, yang menggambarkan lahar Gunung Merapi dan ombak Laut Selatan," katanya.

"Terus, ada yang menampilkan look sebuah box, yang menggambarkan Panggung Krapyak. Semuanya itu terkoneksi dan saling menghubungkan dalam konsep garis imajiner," imbuh Almira.

Oleh sebab itu, ia menjelaskan, dari enam desain yang diboyongnya menuju Jogja Fashion Week 2024, antara satu dengan yang lain memiliki kesinambungan.

Sehingga, terciptalah sebuah story telling yang menggambarkan dalamnya filosofi sumbu imajiner melalui karya busana.

"Saya menggunakan batik prada, yang mungkin anak muda seusia saya kurang mengenalnya. Tapi, di sini, batik prada saya padukan dengan denim dan kain-kain lain yang kesannya lebih modern," urainya.

Perempuan asal Yogyakarta itu menyebut, paduan antara batik prada dengan goresan konsep garis imajiner, menjadi sebuah karya yang sarat akan filosofi.

Ia pun memahami betul hal tersebut, karena sudah dekat dengan dunia membatik, beserta rentetan prosesnya, sedari usia dini.

"Semua detail dalam batik punya makna mendalam. Makanya, saya tertarik mengangkat salah satu filosofi di Yogya, yaitu garis imajiner," katanya. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved