Belum Ada Temuan Kasus Japanese Encephalitis di Kota Yogyakarta

Data terakhir yang mencatat ada temuan 13 kasus infeksi JE di seluruh DIY, semuanya dipastikan bukan berasal dari Kota Yogyakarta.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
Tribunjogja.com/Azka Ramadhan
Kepala Dinkes Kota Yogya, Emma Rahmi Aryani. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kasus Japanese Encephalitis (JE) belum ditemukan di wilayah Kota Yogyakarta, hingga penghujung bulan Agustus 2024 ini.

Data terakhir yang mencatat ada temuan 13 kasus infeksi JE di seluruh DIY, semuanya dipastikan bukan berasal dari Kota Yogyakarta.

Namun, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani, mengatakan Kota Yogya tetap dianggap sebagai wilayah endemi.

Sehingga, Kota Yogya menjadi salah satu kabupaten atau kota yang bakal disasar imunisasi Japanese Encephalitis untuk upaya pencegahan.

"Sampai saat ini Japanese Encephalitis belum ada obatnya. Tapi, bisa dicegah dengan imunisasi," ungkapnya, Minggu (25/8/2024).

Emma menjelaskan, infeksi JE pada manusia biasanya ditandai dengan gejala-gejala ringan, sedang atau bahkan tidak bergejala. 

Baca juga: Pemkot Yogyakarta Siapkan Imunisasi Japanese Encephalitis, Mulai Digelar September 2024

Akan tetapi, beberapa gejala yang seringkali muncul pada anak adalah demam, muntah, diare, dan kejang, sekira 4-14 hari setelah gigitan nyamuk. 

Oleh sebab itu, anak-anak pun menjadi sasaran imunisasi JE, karena rentan terkena dan masih bisa dicegah dengan imunisasi.

Sehingga, ia berharap kesadaran orangtua yang memiliki anak usia 9 bulan - 15 tahun, supaya mengakses imunisasi JE mulai September nanti.

"Kami mengimbau masyarakat agar ikut imunisasi JE. Ini untuk pencegahan, karena belum ada obatnya. Memang imunisasi ini tidak menghilangkan atau terus tidak kena. Setidaknya, kalau kena itu menjadi ringan (dampaknya)," urainya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved