Berita Klaten Hari Ini

25 Peserta Meriahkan Festival Gejog Lesung di Cawas Klaten

Festival Gejog Lesung digelar untuk memeriahkan Hari Jadi Ke-220 Kabupaten Klaten dan HUT Ke-79 Kemerdekaan RI. 

Penulis: Dewi Rukmini | Editor: Gaya Lufityanti
Dokumentasi Humas Pemkab Klaten
Bupati Klaten, Sri Mulyani, saat membuka Festival Gejog Lesung di Lapangan Barepan, Desa Barepan, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (24/8/2024). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Dewi Rukmini

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Puluhan tim peserta lomba gejog lesung memeriahkan Festival Gejog Lesung yang diselenggarakan di Lapangan Taman Barepan, Desa Barepan, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, pada Sabtu (24/8/2024). 

Sebanyak 25 tim peserta lomba gejog lesung dari seluruh kecamatan di Kabupaten Klaten itu saling beradu kepiawaian dalam bernyanyi, menari, dan menciptakan melodi lewat ketukan musik tradisional gejog lesung

Masing-masing peserta membawakan dua lagu, yakni lagu wajib berjudul Lesung Jumungglung dan lagu pilihan berjudul Gugur Gunung atau Ronda Kampung. Para peserta terlihat menggenakan pakaian adat batik lurik, khas Kabupaten Klaten

Camat Cawas, Moh. Prihadi, mengatakan bahwa Festival Gejog Lesung digelar untuk memeriahkan Hari Jadi Ke-220 Kabupaten Klaten dan HUT Ke-79 Kemerdekaan RI. 

"Kegiatan itu sekaligus untuk nguri-uri atau melestarikan budaya gejog lesung yang menjadi daya tarik wisata di sini. Karena potensinya cukup besar, sehingga kali ini kami gelar di tingkat Kabupaten Klaten," ucap Prihadi, Sabtu (24/8/2024). 

Bupati Klaten, Sri Mulyani, mengapresiasi gelaran lomba gejog lesung itu dalam rangka melestarikan budaya lokal.

Menurutnya, kegiatan itu menjadi wadah silahturahmi dan menjaga kesatuan antar masyarakat pecinta kesenian musik tradisional gejog lesung

Selain itu, dengan diselenggarakannya festival gejog lesung juga turut memperkenalkan budaya Indonesia warisan nenek moyang.

Di mana pada zaman dulu, lesung digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk memisahkan padi dari tangkai dan kulitnya.

Padi kering itu dimasukkan ke dalam lesung dan ditumbuk menggunakan alu sehingga tercipta irama musik. 

Dijelaskan, seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman hingga ditemukan alat penggiling padi.

Maka, gejog lesung mulai ditinggalkan untuk menggiling padi, justru berkembang menjadi kesenian tradisional. 

"Melalui festival Gejog Lesung secara tidak langsung memperkenalkan serta menumbuhkan kecintaan terhadap budaya sendiri kepada masyarakat khususnya generasi muda. Bila generasi muda sudah cinta dengan budaya sendiri maka dengan sendirinya akan melestarikan di kehidupan sehari-hari," pungkasnya. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved