Warga Sleman Hasilkan Energi dari Kotoran Sapi, Bupati: Solusi Sederhana Tapi Berdampak Besar

Kustini Sri Purnomo mengaku senang, karena praktik baik tersebut meskipun sederhana namun berdampak besar. 

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Muhammad Fatoni
Tribunjogja/Ahmad Syarifudin
Proses pengadukan kotoran sapi yang sudah tercampur dengan air sebelum dimasukkan ke biogester, untuk memproduksi biogas.. 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo mengapresiasi warga Kalurahan Umbulharjo, Kapanewon Cangkringan, Kabupaten Sleman yang melakukan pengolahan kotoran sapi menjadi biogas untuk kebutuhan memasak setiap hari.

Ia mengaku senang, karena praktik baik tersebut meskipun sederhana namun berdampak besar. 

"Senang sekali melihat warga Umbulharjo bisa memanfaatkan biogas. Ini solusi sederhana tapi dampaknya besar, terutama untuk menghemat pengeluaran masyarkat," kata Kustini, Senin (12/8/2024). 

Inovasi serupa, kata dia, sebenarnya sudah banyak diaplikasikan di Sleman.

Di mana banyak wilayah lain juga telah sukses memanfaatkan biogas untuk berbagai kebutuhan.

Kustini pun mendorong agar inovasi serupa bisa diterapkan masyarakat di seluruh wilayah.

Bupati perempuan pertama di Sleman ini menekankan bahwa peran masyarakat sangat penting dalam keberhasilan inovasi ini. 

"Penggunaan biogas ini menunjukkan bahwa warga Sleman sangat kreatif dalam berinovasi. Kami di Pemerintah akan terus mendukung inisiatif-inisiatif seperti ini agar semakin banyak kalurahan yang bisa memanfaatkan," ungkap dia. 

Baca juga: Nyala Api Kotoran Sapi: Melihat dari Dekat Warga Cangkringan Sleman Hasilkan Energi, Kurangi Emisi

Semakin meluasnya adopsi teknologi biogas di Sleman, Bupati berharap hal ini dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk memaksimalkan potensi limbah menjadi sumber energi yang bermanfaat. 

"Ini juga jadi contoh nyata bagaimana limbah bisa diolah menjadi sesuatu yang sangat bermanfaat, dan kita akan terus mendorong pengembangan teknologi ini di lebih banyak kalurahan," kata Kustini. 

Sebagaimana diketahui, warga Balong Wetan, Kalurahan Umbulharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman memanfaatkan biogas dari kotoran sapi untuk menghidupkan kompor. 

Dewi Astuti warga Balong Wetan, Umbulharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman DI Yogyakarta sedang memasak menggunakan api biru yang bersumber dari biogas hasil pengolahan kotoran sapi.
Dewi Astuti warga Balong Wetan, Umbulharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman DI Yogyakarta sedang memasak menggunakan api biru yang bersumber dari biogas hasil pengolahan kotoran sapi. (Tribunjogja/Ahmad Syarifudin)

Praktik baik penggunaan biogas untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga ini patut jadi contoh, karena selain mengurangi emisi juga mampu menghemat pengeluaran gas elpiji hingga dua sampai tiga tabung 3 kilogram per bulan.

"Kalau tidak pakai biogas, biasanya dalam satu bulan membutuhkan gas elpiji 3 kilogram 4 tabung. Sekarang, paling hanya beli satu tabung, buat jaga-jaga aja. Harga satu tabung elpiji di sini Rp 20 ribu sampai Rp 22 ribu. Ya, sebulan kira-kira bisa menghemat Rp 60 ribuan," kata Dewi Astuti, warga Balong Wetan, Umbulharjo, Sleman, Yogyakarta. 

Sudah lebih dari satu dekade perempuan 42 tahun itu, bersama ayahnya, Naryo Sutrisno menggunakan biogas.

Menurut dia, memasak pakai biogas hampir sama dengan gas elpiji, tidak ada beda. Malah, justru pakai biogas memiliki beberapa keuntungan.

Sebab, selain lebih menghemat pengeluaran juga lebih efektif dan cepat. 

"Karena keluar apinya besar. Jadi kalau buat masak cepat," katanya. Dewi mengandalkan biogas untuk memasak segala macam kebutuhan. Mulai dari menggoreng, masak sayur hingga masak air.(*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved