DIY Perkuat Upaya Stabilkan Harga Pangan, Jajaki Kerjasama dengan NTB

Pemda DIY menjalin kerja sama dengan Nusa Tenggara Barat untuk memenuhi pasokan daging sapi

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM/ HANIF SURYO
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY, Syam Arjayanti 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terus berupaya maksimal untuk menjaga stabilitas harga pangan. Selain menggelar pasar murah dan memberikan subsidi transportasi, DIY juga aktif menjalin kerjasama dengan daerah lain. 

Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian DIY, Syam Arjayanti, mengungkapkan dalam waktu dekat ini tim TPID DIY akan melakukan studi banding ke NTB. 

"Kunjungan ini bertujuan untuk mempelajari strategi NTB dalam mengendalikan inflasi dan mencari potensi kerjasama dalam bidang pangan," ujar Syam.  

Salah satu potensi kerjasama yang akan dibahas adalah terkait pasokan daging sapi. DIY diketahui banyak mengimpor daging sapi dari luar daerah. 

"Kami akan menjajaki kemungkinan untuk meningkatkan kuota sapi hidup atau daging dari NTB,sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada impor dan menekan harga di pasaran," tambah Syam. 

Selain kerjasama dengan NTB, DIY juga telah melakukan berbagai upaya lain, seperti kerjasama langsung dengan petani dan distributor untuk mendapatkan harga yang lebih baik. 

Namun, Syam mengakui bahwa tantangan masih banyak, terutama terkait dengan sifat komoditas pangan yang mudah rusak misalnya cabai serta fluktuasi harga di pasar global. 

Diakui Syam, petani, distributor atau pemerintah tidak bisa melakukan stok barang saat masa panen raya cabai.

"Dari sisi teknologi juga belum bisa menyimpan cabai saat panen raya, kemudian dikeluarkan saat stok menipis di petani. Itu yang kemudian kalau kami intervensi pun tidak banyak," ungkapnya. 

Baca juga: 585 Wisatawan Pesisir Selatan Bantul Tersengat Ubur-ubur

Untuk sementara aksi pasar murah masih menjadi salah satu strategi penanggulangan jangka pendek saat harga komoditas bahan pokok mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan. 

Hanya saja jumlah komoditas yang dijual juga terbatas dan tidak selengkap di pasar.

"Pasar murah hanya menjual beras, minyak goreng, telur dan tepung. Sementara kalau yang cabai itu kan hanya disediakan terbatas saat pasar murah," jelasnya. 

Ditambahkannya, salah satu program yang masih dijalankan Pemda DIY sejak dua tahun terakhir yakni subsidi transportasi pada komoditas bahan pokok yang pun dianggapnya tidak terlalu berpengaruh untuk menekan harga jual di tingkat pedagang. 

"Kami berikan subsidi itu sebesar Rp 2 ribu per kg, tapi ya tidak terlalu berpengaruh juga," ujarnya. 

Anggaran yang ditetapkan untuk subsidi transportasi itu sebesar Rp1 miliar setiap tahunnya sejak 2023 bagi seluruh bahan pokok yang rentan terhadap lonjakan inflasi. 

Akan tetapi Syam menyatakan kenaikan harga jual komoditas punya rantai turunan yang cukup banyak, sehingga sulit menilai efektivitas program itu. 

Pihaknya mengaku menjalin kerja sama langsung di tingkat petani untuk menekan harga jual yang tinggi. Rantai pasokan distribusi bahan pokok dipangkas agar biaya yang ditimbulkan bisa diminimalkan. 

Misalnya dengan transaksi langsung antara distributor dengan petani, sehingga harga jadi lebih murah. 

"Namun, kami hanya bisa menyediakan untuk konsumen akhir di pasar murah, tetapi kalau sampai ke pasar itu belum," pungkas dia. (Han)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved