Pembangunan Jasela Dikebut, YIA Disiapkan Jadi Magnet Investasi dan Pariwisata di DIY

Sri Sultan HB X juga menegaskan sektor pertanian masih menjadi tulang punggung perekonomian DIY.

TRIBUNJOGJA.COM/ HANIF SURYO
Gubenur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X mendorong pengembangan kawasan bertipe aerotropolis di sekitar Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) sebagai strategi utama mempercepat pertumbuhan pariwisata dan investasi. 

Sri Sultan mengajak pemerintah pusat serta daerah sekitar YIA untuk menyusun konsep yang mencegah permukiman kumuh di sekitar kawasan bandara, seraya mengoptimalkan potensi penerbangan internasional yang menurutnya masih belum optimal.

Selain pengembangan fasilitas fisik, ia juga menekankan perlunya stimulus fiskal untuk pengelola wisata komunitas dan sinergi antar daerah agar pola perjalanan wisata terintegrasi.

Pernyataan itu disampaikan Sri Sultan HB X dalam Rapat Koordinasi dan Konferensi Pembangunan Infrastruktur DIY–Jawa Tengah Selatan (Jasela) yang digelar di Gedung Nusantara V MPR/DPD RI, Rabu (13/8/2025) kemarin.

Dalam forum itu, Pemerintah Daerah (Pemda) DIY mengajukan paket kebutuhan pembangunan infrastruktur yang mengikat sektor transportasi, pertanian, kelautan, dan pariwisata demi mendorong konektivitas dan ketahanan pangan.

“Kami perlu dukungan pengembangan daya tarik wisata di luar kawasan perkotaan, peningkatan sarana-prasarana amenitas, serta dorongan kerja sama antar daerah dalam pengembangan pola perjalanan wisata. Juga, peningkatan kapasitas dan pemberian stimulus fiskal bagi pengelola wisata berbasis komunitas atau pelaku usaha kecil,” tutur Sri Sultan HB X.

Sri Sultan menegaskan sektor pertanian masih menjadi tulang punggung perekonomian DIY.

Pada semester I 2025, sektor ini tercatat memberikan kontribusi sebesar 10,86 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DIY dengan laju pertumbuhan 7,8 persen.

Meski demikian, ia menyoroti sejumlah kendala struktural yang menghambat produktivitas.

“DIY memerlukan dukungan pemerintah pusat untuk rehabilitasi jaringan irigasi dan embung, pembangunan embung, fasilitas irigasi pertanian, infrastruktur pertanian modern, serta pusat distribusi regional. Kondisi geografis, termasuk dampak sedimen vulkanik Merapi, kerap mengganggu fungsi irigasi,” ungkap Sri Sultan.

Baca juga: Ajang Sprint Rally Merdeka Targetkan 50 Mobil, Latih Bibit Pebalap Jogja

Permintaan itu mencakup alokasi pembiayaan dan teknis untuk memperbaiki irigasi tersier yang banyak rusak, serta penyediaan sumber air baku di wilayah yang terdampak sedimentasi.

Menyoal kelautan, Sri Sultan HB X memaparkan potensi kawasan Laut Selatan yang menurut perhitungannya memiliki sumber daya perikanan tangkap sekitar 5.300 ton per tahun atau setara Rp138 miliar.

Ia juga merujuk pada tingginya permintaan domestik—angka konsumsi ikan mencapai 35,57 kilogram per kapita pada 2024—sebagai peluang pasar yang belum dimaksimalkan.

“Kami perlu dukungan pemerintah pusat untuk mendorong pengembangan klaster PPP Sadeng Gunungkidul agar dapat menggerakkan sektor-sektor lainnya. Pengerukan sedimentasi, perluasan kolam pelabuhan, penambahan breakwater, serta pemenuhan sarana prasarana pendukung operasional pelabuhan menjadi hal yang mendesak,” imbuhnya.

Sri Sultan menyoroti hambatan seperti sedimentasi, keterbatasan luas kolam pelabuhan, minimnya kapal besar, ketiadaan fasilitas turunannya, dan buruknya aksesibilitas pelabuhan ke jaringan jalan nasional sebagai penghambat pengembangan minapolitan di selatan Jawa.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved