Dampak Kekeringan Meluas, Tujuh Kapanewon di Gunungkidul Ajukan Droping Air Bersih

Dari tujuh kapanewon itu, jumlah air bersih yang sudah disalurkan sebanyak 472 tangki air berkapasitas 5000 liter/tangki.

Dok. Istimewa
BPBD Gunungkidul saat melakukan droping air bersih ke rumah warga beberapa waktu lalu 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Dampak kekeringan di wilayah Kabupaten Gunungkidul semakin meluas.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunungkidul mencatatkan kini sudah tujuh kapanewon mengajukan permintaan dropping air bersih.

Ketujuh kapanewon tersebut meliputi Kapanewon Girisubo, Kapanewon Panggang, Kapanewon Rongkop, Kapanewon Saptosari, Kapanewon Tepus, Kaoanewom Karangmojo dan Kapanewon Nglipar.

Kepala Seksi Logistik dan Peralatan Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Gunungkidul, Arief Prasetyo Nugroho, menyebut dari tujuh kapanewon itu jumlah air bersih yang sudah disalurkan sebanyak 472 tangki air berkapasitas 5000 liter/tangki.

"Dengan permintaan paling banyak dari Panggang sudah menyalurkan sebanyak 140 tangki. Disusul Tepus 116 tangki, Girisubo 104 tangki, Rongkop 52 tangki, Saptosari 28 tangki, Karangmojo 16 tangki, dan Nglipar 16 tangki,"ujarnya, saat dikonfirmasi pada Senin (29/7/2024).

Ia menuturkan, rata-rata permintaan air bersih mencapai 4 tangki atau 20.000 liter  per harinya.

Baca juga: Pastikan Ketersediaan Air Bersih, Pemkab Gunungkidul Inisiasi Pembangunan IPA Senilai Rp 37,7M

Sejauh ini permintaan air bersih untuk kebutuhan rumah tangga.

"Wilayah yang mengajukan droping air memang kebanyakan tidak bisa dilalui oleh PDAM. Sebagian besar mengandalkan sumber mata air dan hujan sehingga ketika musim kemarau ini banyak sumber mata air yang mengering karena hujan yang tidak turun,"jelasnya.

Ia mengatakan, hingga hari ini stok air bersih untuk menghadapi musim kemarau tahun ini tersisa sebayak 528 tangki.

"Mudah-mudahan masih mencukupi sampai awal September nanti,"ungkapnya.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Gunungkidul, Purwono, mengatakan sebanyak 13 kapanewon dari total 18 kapanewon di Kabupaten Gunungkidul akan terdampak kekeringan. Sebagian besar wilayah ini berada di bagian Selatan. 

"Di mana, wilayah ini memiliki geografis yang sulit untuk dijangkau oleh aliran PDAM. Ditambah karateristik kawasan batuan kapur (karst) sehingga jumlah sumber air sangat sedikit sekali," terangnya.

Dia menyampaikan, perkiraan puncak musim kemarau terjadi pada Oktober mendatang. Dan, status siaga bencana sudah ditetapkan sejak 1 Juni sampai dengan 31 Agustus

"Kami perkirakan persediaan air cukup untuk sampai bulan Oktober. Namun, jika nanti Agustus berakhir dan kondisi masih seperti ini, kemungkinan akan diperpanjang status siaga bencana," urainya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved