Mengapa Judi Online Membuat Masyarakat Candu? Ini Kata Psikolog UGM

Uang yang seharusnya bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, justru dipakai untuk deposit judi online.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM/Ardhike Indah
Dosen Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Bagus Riyono, M.A. 

Konsep ini yang menjelaskan lebih jauh kenapa ekspektasi penjudi hampir tidak pernah terwujud.

Jika ada dua mata koin dilempar, bisa saja mata koin yang keluar hanya yang itu-itu saja, tidak berubah.

“Bagaimana akhirnya yang miskin, ingin berjudi untuk menang. Ada penelitian probabilitas judi, 1 banding 2 juta. Ini kan sangat sulit, ya kalau bandar tidak curang. Ini yang membuat penjudi terjebak, sekali lagi sampai berakhir buruk sampai bunuh diri,” ucapnya.

Bagus berpendapat penjudi harus mendapat perhatian dan pertolongan dari berbagai pihak. Bukan berupa bantuan sosial, namun menurut dia adalah perhatian dan pengalihan pada ketergantungan.

Pemerintah, menurut Bagus, perlu juga memberikan kemudahan layanan psikologis pada korban judi online, terutama masyarakat rentan.

Dua karakter masyarakat rentan menurut Bagus yakni yang tidak pintar dan butuh uang.

“Puskesmas juga perlu upgrading skill untuk mengatasi orang yang kecanduan judi. Ketika Psikolog sudah siap bisa dibuka layanan itu. Di sisi lain pemerintah bisa masuk untuk mengalihkan perhatian warga miskin yang terjebak. Diberikan modal bukan bantuan sosial tapi dengan bimbingan yang terarah dari pemerintah,” pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved