Mengapa Judi Online Membuat Masyarakat Candu? Ini Kata Psikolog UGM

Uang yang seharusnya bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, justru dipakai untuk deposit judi online.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM/Ardhike Indah
Dosen Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Bagus Riyono, M.A. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Fenomena judi online semakin merajalela.

Siapapun bisa terlibat judi online, mengingat mudahnya cara bermain judi di HP.

Namun perlu diingat, judi online banyak menyebabkan efek negatif di kehidupan sehari-hari.

Uang yang seharusnya bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, justru dipakai untuk deposit judi online.

Mengapa judi online itu adalah adiksi bagi masyarakat?

Dr. Bagus Riyono, M.A., Dosen Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) menjelaskan, ada reinforcement atau keadaan yang memperkuat perilaku untuk berjudi.

“Penguatan itu berlaku secara umum. Di kasus judi, ketika orang itu berjudi, dia pasti membayangkan dia akan menang. Tidak ada orang judi itu tidak punya ambisi untuk menang, pasti ingin menang. Nah, ambisi itu dimanipulasi oleh bandar judi,” ujar Bagus dalam Sekolah Wartawan yang diadakan UGM, Kamis (27/6/2024).

Sekolah Wartawan itu bertema Aku Sengsara karena Judi: Penjelasan Psikologis tentang Perilaku Gambler.

Baca juga: Perintah Kapolri Soal Kasus Judi Online: Buru Sampai ke Akar-akarnya

Bagus menjelaskan, penguatan itu juga memiliki jadwal. Dia mencontohkan, orang mungkin merasa tidak menarik dengan gaji bulanan. Selain karena nominalnya sudah pasti, jadwal pemberiannya pun menentu.

“Nah, bagi orang, hal yang belum pasti itu menarik. Akan lebih menarik lagi kalau yang belum pasti bukan hanya jadwal, tapi jumlahnya,” kata Bagus.

Dari pola pikir seperti itu, kata Bagus, ada anggapan bahwa berjudi itu asyik karena muncul ekspektasi dan semangat untuk melakukannya.

“(Pelaku judi) kadang sampai lupa kalau taruhannya adalah uang pinjaman, yang kemudian itu ada pinjol dan lain sebagainya. Itu sudah termanipulasi. Judi itu menarik daripada hanya menerima gaji pegawai biasa. Menarik, karena tidak jelas,” terangnya.

Bagus mengatakan, judi membuat orang mengalami deg-degan dan munculnya adrenalin lantaran hormon dopamin yang keluar di dalam otak manusia.

Dikatakan Bagus, judi memang bermain kemungkinan. Namun, tidak semua kemungkinan itu terwujud. Konsep itu dinamakan gambler’s fallacy atau kekeliruan penjudi.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved