Mengenalkan Khasiat Jamu Tradisional ke Anak-anak Kulon Progo Lewat Lomba Mewarnai

Lomba tersebut berlangsung di Taman Jamu Naturindo, Kalurahan Sendangsari, Kapanewon Pengasih, Kulon Progo.

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUN JOGJA/Alexander Ermando
Lomba Menggambar dan Mewarnai yang digelar oleh GP Jamu DIY di Taman Jamu Naturindo, Pengasih, Kulon Progo, Minggu (26/05/2024). Lomba ini jadi sarana edukasi ke anak-anak terkait ragam tanaman jamu hingga khasiatnya. 

TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Jamu sejak lama dikenal dan dipercaya oleh masyarakat memiliki khasiat dan manfaat bagi kesehatan.

Tak hanya di Indonesia, jamu juga dikenal di luar negeri bahkan sudah mendapat pengakuan internasional.

Meski begitu, bukan berarti generasi muda saat ini mengenal khasiat hingga ragam jenis jamu.

Inilah yang coba dilakukan oleh Gabungan Pengusaha (GP) Jamu Indonesia, yang berupaya mengangkat kembali jamu ke anak-anak sejak dini.

"Kami kenalkan jamu ke anak-anak lewat lomba menggambar dan mewarnai," kata Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) GP Jamu DIY, Teguh Adi Nugroho pada Minggu (26/05/2024).

Adapun lomba tersebut berlangsung di Taman Jamu Naturindo, Kalurahan Sendangsari, Kapanewon Pengasih, Kulon Progo.

Tempat ini juga sudah dikenal sebagai tujuan wisata edukasi terkait jamu.

Teguh menceritakan Taman Jamu Naturindo ini dibangun sebagai etalase tanaman obat.

Baca juga: Ketika Ketua Umum IDI Adib Khumaidi dan Ketua IDI DIY Joko Murdiyanto Bicara Jamu dan Obat Herbal

Setidaknya ada ada sekitar 210 jenis tanaman yang dipamerkan di taman ini.

"Ratusan tanaman obat ini kami jadikan sebagai edukasi ke masyarakat, mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga ke komunitas masyarakat," jelasnya.

Tak sekadar melihat dan mengenal tanaman obat, pengunjung juga diajak untuk melihat proses peracikan jamu secara tradisional hingga modern. Semua dihadirkan dalam bentuk paket wisata.

Lomba Menggambar dan Mewarnai ini juga jadi salah satu bentuk edukasi ke anak-anak.

Setidaknya ada 200 peserta yang mengikuti kegiatan ini, di mana mereka menginterpretasikan jamu dalam berbagai bentuk.

"Harapannya anak-anak tak hanya mengenal jamu dari sisi ilmiah, tapi juga budayanya," ujar Teguh.

Ia pun menilai 2024 menjadi momentum kebangkitan jamu. Apalagi di akhir 2023 lalu, jamu asal Indonesia mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved