Cerita Warga Bantul Produksi Gula Jawa Berbahan Dasar Nira Kelapa

SUNARTO mampu mengolah nira kelapa menjadi gula jawa alami yang dipasarkan mencapai Rp25 ribu per kilogram

TRIBUNJOGJA.COM/ Neti Istimewa Rukmana
Proses membuat gula dari air nira kelapa. 

Pohon kelapa memiliki manfaat yang cukup banyak. Bahkan, jika mampu diolah dengan benar, maka akan menghasilkan pundi-pundi rupiah. Seperti hanya yang dilakukan oleh Sunarto (50), warga yang tinggal di Dusun Butuh, Kalurahan Triwidadi, Kapanewon Pajangan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.

Sejumlah warga Bantul sedang membuat gula dari air nira kelapa di Dusun Butuh, Kalurahan Triwidadi, Kapanewon Pajangan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, Kamis (23/5/2024).
Sejumlah warga Bantul sedang membuat gula dari air nira kelapa di Dusun Butuh, Kalurahan Triwidadi, Kapanewon Pajangan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, Kamis (23/5/2024). (TRIBUNJOGJA.COM/Neti Istimewa Rukmana)

SUNARTO mampu mengolah nira kelapa menjadi gula jawa alami yang dipasarkan mencapai Rp25 ribu per kilogram.

Di mana, dalam membuat satu kilogram gula jawa hanya membutuhkan sekitar dua liter air nira kelapa.

"Semua produksi gula yang diolah di sini (di tempat produksinya) dibuat tanpa bahan tambahan. Di sini gula semua," katanya kepada wartawan, Kamis (23/5/2024).

Adapun ide pembuatan gula berbahan dasar nira kelapa itu didapatkan dengan cara memanfatkan potensi yang ada.

Pasalnya, di lokasi tersebut cukup banyak pohon kelapa yang menghasilkan nira kelapa.

Artinya, Sunarto tidak perlu ambil pusing untuk mendapatkan air nira kelapa.

Setiap pagi dan sore, dia hanya perlu memanjat pohon kelapa hingga bagian batang manggarnya.

"Nanti, batang manggarnya disayat pakai sabit gitu. Setelah itu cairan niranya netes.

"Jadi, setiap pagi dan sore saya cukup naruh wadah dan diikat pakai tali di bagian yang netes itu," jelas dia.

Setelah sudah bisa dipanen, maka air nira itu diambil dan dipisahkan dari bunga dan kotoran lainnya.

Disampaikannya, air nira yag dihasilkan dari manggar pohon kelapa tersebut, biasanya bisa habis sekitar satu sampai satu setengah bulan ke depan.

Maka dari itu, dirinya harus pandai mencari pohon kelapa lagi yang terdapat air nira kelapa dalam taraf cukup memenuhi permintaan pasar.

"Air nira itu sebenarnya juga bisa berkurang. Misalnya saat cuaca panas atau kering, itu air bisa nyusut.

"Tapi, kalau hujan airnya bisa melimpah," urai Sunarto yang telah lama menekuni usaha tersebut.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved