Berita Jogja Hari Ini
Pendapat Peneliti UGM Terkait Wacana Membongkar Separator Jalur Ring Road Yogyakarta
Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) Universitas Gadjah Mada (UGM) Arif Wismadi turut memberikan pendapat terkait wacana tersebut.
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Wacana membongkar separator ring road Yogyakarta menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat, tak terkecuali kalangan akademisi.
Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) Universitas Gadjah Mada (UGM) Arif Wismadi turut memberikan pendapat terkait wacana tersebut.
Menurut Arif langkah menghilangkan separator itu justru akan memperpanjang area rawan kecelakaan.
"Menghilangkan separator akan memperpanjang area rawan kecelakaan karena tidak hanya titik rawan namun juga ruas rawan sepanjang ring road," kata Arif, melalui keterangannya, Rabu (15/5/2024).
Baca juga: Soal Wacana Pembongkaran Separator Ring Road, Ini Kata Dishub DIY
Arif mengatakan ring road dibangun memang bukan untuk pelayanan lokal.
Sehingga kendaraan yang membutuhkan kecepatan tinggi diprioritaskan untuk fasilitasi perjalanan antar wilayah.
Terutama saat ingin menghindari kawasan perkotaan yang padat lalu lintas lokal.
Pada kecepatan yang cenderung tinggi itu tak dipungkiri muncul risiko rawan kecelakaan.
Beberapa upaya dilakukan untuk menekan risiko tersebut termasuk membuat aliran kendaraan menjadi homogen.
Kendaraan dengan kecepatan berbeda dalam satu ruas yang sama menurut Arif justru meningkatkan risiko kecelakaan.
"Kendaraan kecil lebih rentan, untuk menjadikan homogen maka harus dibuat separator untuk jenis, kecepatan dan kerentanan yang berbeda. Tujuan desain ini adalah untuk perlindungan atau safety," terangnya.
Arif menuturkan separator memang dapat meningkatkan risiko kecelakaan ketika menghasilkan Y-juction (way juction) atau simpang yang membetuk huruf Y.
Simpang tersebut, merupakan titik rawan adanya blind spot atau area yang tidak terlihat baik dimata pengendara langsung ataupun di spion.
"Semakin banyak Y-juction, maka akan meningkatkan black-spot atau titik tirik rawan kecelakaan. Di ringroad hal tersebut makin kritis karena bercampurnya kendaraan kecepatan tinggi dengan kecepatan rendah," tuturnya.
Peningkatan kapasitas jalan ketika V/C ratio atau perbandingan antara volume dengan kapasitas yang dilakukan dengan pelebaran jalan disebut tidak berkeadilan.
Misalnya dengan menghilangkan sejumlah infrastruktur lain yakni trotoar atau lajur khusus kendaraan roda dua.
Separator Ring Road yang dihilangkan pun akan berdampak kepada sisi fungsi jalan nasional yang akan turun.
Arif menyampaikan sifat jalan nasional itu bisa turun menuju kabupaten bahkan lokal.
"Padahal keberadaan jalan nasioal sangat penting untuk menentukan kelas kota. Dari PKN (Pusat Kawasan Nasional) misalnya, bisa turun menjadi PKL (Pusat Kawasan Lokal). Secara strategis akan merugikan DIY, kecuali sudah ada alternatif sisten jalan nasional yang tersambung utuh ke DIY," pungkasnya. (hda)
Komentar Sri Sultan HB X soal Keracunan MBG di Jogja dan Sanksi untuk SPPG Menurut Undang-Undang |
![]() |
---|
Kronologi Wisatawan asal Jakarta Hilang di Pantai Siung, Jenazah Ditemukan di Pantai Krakal |
![]() |
---|
KENAPA Cuaca di Yogyakarta Terasa Dingin Akhir-akhir Ini? Ini 5 Fakta Menariknya |
![]() |
---|
Kronologi 3 Wisatawan Asal Sragen dan Karanganyar Terseret Ombak di Pantai Parangtritis |
![]() |
---|
Banyak Moge Harley Davidson Lewat Jogja, Ada Event Apa? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.