Antisipasi Tumpukan Sampah di Depo, Pemkot Yogya Terapkan Skema 'Dakon'

Pemkot Yogya mulai menerapkan skema dakon untuk mengantisipasi tumpukan sampah di depo-depo yang berada di wilayahnya

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUN JOGJA/AZKA RAMADHAN
Kondisi depo sampah di kawasan Pengok, Kota Yogya, Jumat (3/5/2024). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pemkot Yogya mulai menerapkan skema dakon untuk mengantisipasi tumpukan sampah di depo-depo yang berada di wilayahnya.

Sebagai informasi, mulai 1 Mei 2024 lalu, Kota Yogya tidak lagi mendapat jatah pembuangan menuju TPA Piyungan, yang telah ditutup secara penuh.

Sub Koordinator Kelompok Substansi Penanganan Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Mareta Hexa Sevana, mengatakan, sejatinya seluruh depo sudah dikosongkan dengan alat berat pada 31 April 2024 lalu.

Hanya saja, berdasarkan pantauan Tribun Jogja, Jumat (3/5/24), sejumlah depo di Kota Yogya sudah tampak dipenuhi sampah kembali.

"Jadi, kita ada strategi seperti permainan dakon. Sampah-sampah itu saling kita geser antar depo, agar merata dan tidak penuh di salah satu depo saja," katanya.

Ia pun tidak memungkiri, kondisi saat ini masih cukup banyak sampah yang tertahan di depo, meski sistem dakon sudah diupayakan sedemkian rupa.

Hanya saja, pihaknya memastikan, tidak ada depo yang sampahnya meluber sampai ke jalanan dan mengganggu aktivitas warga masyarakat.

Baca juga: 20 Ton Sampah dari Kota Yogya Bakal Dikelola Swasta

"Kapasitas per depo itu sebenarnya sudah diukur juga, yaitu untuk sampah timbunan sehari. Kalau lebih dari itu, ya kemungkinan penuh," jelas Mareta.

"Ada koordinasi di mandor-mandor setiap depo, untuk bisa saling mengisi. Karena kondisi depo itu ada yang kosong, ada yang sangat penuh," urainya.

Misalnya, di depo di daerah Utoroloyo, yang lokasinya berada di kompleks pemakaman, kondisinya selama ini jarang penuh dan bisa diisi alokasi dari depo lain.

Kemudian, sejak TPS Nitikan mulai beroperasi, para penggerobak pun mulai banyak yang berdatangan untuk memasrahkan sampahnya ke sana.

"Nah, di Nitikan ini sekarang mulai membludak karena pada tahu kalau di Nitikan pasti diolah. Jadi, banyak yang dari depo lain geser ke Nitikan," ujarnya.

Lebih lanjut, Mareta memaparkan, produksi sampah Kota Yogyakarta per harinya masih di kisaran 200 ton, yang sepenuhnya harus terkelola habis.

Namun, lantaran TPS Nitikan hanya bisa mengolah limbah maksimal 75 ton per hari, plus kerja sama dengan swasta sekitar 20 ton per hari, maka masih ada sisa sampah yang tertahan di depo.

"Ya, jadi kalau 200an ton, yang dibawa ke TPS baru bisa 70-75 ton, ditambah yang swasta, jadi masih kurang sekitar 100 ton. Separuhnya itu masih tertahan," pungkasnya. (aka)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved