Berita DI Yogyakarta Hari Ini
Penyandang Difabel Netra, Rungu dan Wicara Diajak Diskusi Sunyi, Bahas Lambang Negara Garuda
Latar belakang acara ini berangkat dari kegelisahan mereka yang ingin mengkomunikasikan lambang negara lewat burung Garuda.
Penulis: Hanif Suryo | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM- Tak ada suara dari speaker atau pengeras suara dalam Diskusi Sunyi yang digelar di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara, Yogyakarta , Kamis (8/2/2024).
Puluhan peserta yang merupakan penyandang difabel netra, wicara serta masyarakat umum menyimak diskusi melalui headphone yang dikenakan masing-masing, sementara difabel rungu didampingi oleh penterjemah bahasa isyarat untuk mengikuti jalannya diskusi yang mengusung tema 'Memuliakan Garuda Tanpa Banyak Bicara'.
Diskusi Sunyi yang diinisiasi seniman Eko Bebek tersebut turut menghadirkan pembicara Nugie (penyanyi), Tengku Zanzabella (tokoh publik), Nanang Garuda (pendiri Rumah Garuda), KPH Notonegoro.
Eko Bebek menjelaskan, latar belakang acara ini berangkat dari kegelisahan mereka yang ingin mengkomunikasikan lambang negara lewat burung Garuda .
"Selama ini teman-teman tuna netra, tuna rungu dan tuna wicara jarang diberi hak tapi banyak diberi kewajiban oleh negara. Saya punya kegelisahan tentang ini, dan akhirnya menjadi salah satu latar belakang kegiatan ini," kata Eko Bebek yang dikenal sebagai MC dan dan pelawak.
Baca juga: Pesan Civitas Akademika UAD pada Seruan Moral Selamatkan Demokrasi Indonesia
Dijelaskannya, untuk mengikuti Diskusi Sunyi ini peserta harus membawa headset berkabel agar bisa berkomunikasi dengan peserta diskusi lainnya maupun pembicara.
"Kenapa harus silent? Karena peserta Diskusi Sunyi ini bisu tuli. Sekalian memberi warna lain di tahun politik yang berisik dengan Pemilu ini. Saya ingin masyarakat punya kesadaran tentang lambang negara," kata Eko Bebek, yang juga merupakan Sekretaris Persatuan Seniman Komedi Indonesia (Paski) DIY.
Ditambahkannya, pemilihan lokasi di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara bukan tanpa alasan. Menurutnya, energi para pahlawan yang tanpa pamrih berjuang untuk Indonesia, memotivasi berbuat dan bergerak untuk bangsa dan negara dalam koridor positif.
"Semoga acara ini bisa menjadi trigger siapapun. Acara ini nonpolitik," tegasnya.
Sementara itu, Nugie yang hadir secara daring mengungkapkan bahwa sejak puluhan tahun lalu ia merasa ada panggilan yang ia rasakan dari negara ini untuk mengetahui jati diri, serta akar dari siapa sebenarnya bangsa ini.
"Ternyata ada simbol-simbol yang sangat bermakna dari lambang negara kita, yang bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika dan terdapat hitungan-hitungan yang mengingatkan pada peristiwa kemerdekaan," ungkap Nugie.
"Saya memberikan kesempatan diri saya untuk lebih mengedepankan cara berpikir leluhur kita, karena banyak yang berusaha ditutup-tutupi dari kepentingan-kepentingan yang notabene punya suatu agenda, lambang negara Garuda sama sekali tidak terbahas," imbunya. ( Tribunjogja.com )
| Dispar DIY Luncurkan Calender of Event, Sport Tourism Terus Dieksplor |
|
|---|
| Film 1 Kakak 7 Ponakan, Drama Keluarga yang Hangat di Penutupan JAFF 2024 |
|
|---|
| Festival Angkringan Yogyakarta 2024: Angkat Kuliner Ikonik dengan Sentuhan Modern |
|
|---|
| Formulasi Kenaikan UMP Mestinya Disesuaikan dengan Kondisi Daerah |
|
|---|
| Pemda DIY Ikuti Penjurian Apresiasi Kinerja Pemerintahan Daerah |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.